Media sosial idealnya digunakan agar kita tetap terhubung dengan teman untuk bersenang-senang, membuat konten berkreativitas, berbagi hal positif. Namun ada saja orang di media sosial tidak sesuai dengan aturan, tidak sama dengan kita. Mereka menggunakan media sosial untuk menyingung orang, meyakiti orang. Jangan biarkan mereka menggangu dunia digital kita pastikan agar akun pribadi kita tentap aman.
Supaya aman coba setting privasi akun media sosial kita, pikirkan baik-baik apa yang akan kita posting, siapa yang ingin kita lihat dan tidak di media sosial. Kalau berkeinginan seperti itu batasi pertemanan hanya yang ada kenal saja. Hal tersebut yang dilakukan Rabindra Soewardana Director Radio Oz Bali saat bermedia sosial.
Dia juga mengingatkan, apa yang kita posting secara online sudah tidak pribadi lagi. “Sekalipun sudah disetting privasi bisa bocor sehingga dilihat banyak orang. Oleh karena itu jangan menyimpan foto maupun pribadi di media sosial, gunakan cloud jika ingin menyimpan, itu lebih aman ketimbang di media sosial,” jelas Rabindra.
Salah satu yang membuat ruang digital tidak menyenangkan lagi ialah hadirnya hoaks, banyak berita dan informasi yang belum tentu benar. Cek juga pertemanan, mereka itu tidak selamanya permanen, sering bersih-bersih pertemanan apalagi mereka yagg kerap membagikan informasi hoaks atau hal negatif lainnya. Itu jadi mengganggu, kita juga memilki hak untuk memblokir siapa saja yang mengganggu.
“Kita berhak bernapas sejuk di dunia digital tanpa hal-hal negatif agar dapat tetap berpikiran positif. Sebab, dunia maya ini tempat kita melepas lelah atau tempat kita berkarya sehingga dibutuhkan suasana yang menyenangkan,” ungkapnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021) juga menghadirkan pembicara Ryzki Hawadi (Attention Indonesa), Esa firmansyah (STMIK Bandung), Katherine (Owner Organicrush), dan Deya Oktarissa sebagai Key Opinion Leader.