Kebutuhan primer masyarakat sekarang ini bukan hanya sandang, pangan dan papan. Melainkan ditambah dua kebutuhan lain yang tak kalah penting yaitu Wi-Fi dan colokan. Orang tak bisa dengan bebas bepergian tanpa menanyakan koneksi internet dan juga jaringan listrik.
Tak hanya itu, saat ini masyarakat Indonesia di dunia digital dianggap berani mengeluarkan pendapat, kritis, dan lain-lain, padahal di dunia nyata belum tentu seberani itu. Ketika masuk ke dunia maya orang merasa tidak melihat manusia lainnya sehingga bisa sesuka hati dan seenaknya.
“Kemajuan dan martabat suatu bangsa tergantung dari pelestarian nilai budaya bangsa tersebut. Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media digital, bukan untuk memecah belah kesatuan warna di dunia maya,” ujar Dewi Tresnawati, Relawan TIK Indonesia, Dosen Institut Teknologi Garut dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (12/8/2021).
Ia pun menjelaskan ada beberapa indikator budaya dalam bermedia digital. Tentunya landasan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh dilupakan. Di antaranya:
- Memperkuat karakter individu dalam berbangsa merupakan hal paling mendasar untuk penguatan budaya bangsa dalam konteks apapun.
- Internalisasi nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai warga negara digital membahas perkara bagaimana menginternalisasikan keduanya sebagai dasar negara. Nilai Pancasila seyogyanya melandasi sikap dan perbuatan setiap warganegara, baik di dunia digital maupun di dunia nyata.
- Digitalisasi kebudayaan dan teknologi informasi komunikasi mengekplotasi digitalisasi kebudayaan dan TIK dalam praktiknya. Yaitu menjadikan budaya Indonesia sebagai konten yang dipromosikan, disosialisasikan, juga dikoleksi dan diperkaya secara produktif melalui digitalisasi, teknologi informasi serta komunikasi.
- Cinta produk dalam negeri menjelaskan penguatan karakter budaya digital Indonesia yang diwujudkan dalam cinta produk dalam negeri sebab digitalisasi memungkinkan proses produksi maupun konsumsi produk dalam negeri sehingga memperkuat ekonomi dan ketahanan bangsa.
- Hak digital warga negara menjelaskan persoalan fundamental dalam kewarganegaraan dimana hak digital warga negara terdiri dari hak akses, hak mengekspresikan pendapat, perlindungan atas privasi dan pengakuan terhdap hak warga negara intelektual.
- Budaya komunikasi digital dalam masyarakan Indonesia mendiskusikan budaya komunikasi digital sebagai norma baru yang idealnya membawa aktor budaya untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara secara bermartabat, bukan menggunakan ruang digital untuk tujuan-tujuan negatif yang anti sosial.
Kita pun dituntut untuk kreatif dalam pelestarian budaya di ruang digital. Seperti memanfaatkan media digital dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang berbau kebangsaan. Aplikasi seperti ini banyak diciptakan.
“Sekarang ini dunia maya sudah menjadi dunia nyata oleh sebab itu harus bisa bermedia digital dari sekarang. Berkata yang baik atau lebih baik diam. karena kita adalah bangsa yang bermartabat memegang teguh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Mari pahami tipe media sosial, parang perisai anti hoaks dan pakai etika saat berinteraksi,” tutup Dewi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (12/8/2021) juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (Relawan TIK Bali, Dosen STMIK Primakara), Ria Ariyanie (Praktisi Humas & Komunikasi Co-Founder, CEO Talk Link), Theo Derick (CEO and Founder of Coffee Meets Stocks), dan
Ibrahim Hanif (Abang Wakil II Jakarta Selatan 2019) sebagai Key Opinion Leader.
