Kemudahan akses teknologi dirasakan oleh segala kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bahkan lansia. Pada anak-anak tujuan teknologi ini bisa sebagai edukasi atau hiburan. Akan tetapi, tidak semua konten yang ada sesuai dengan usia anak-anak. Konten yang tidak sesuai usia anak akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan tumbuh kembang anak.
“Misalnya anak melihat tayangan yang mengandung kekerasan akan terjadi perubahan perilaku dan menjadi mudah marah. Karena anak-anak memiliki sifat cenderung meniru apa yang dilihat,” ujar Katherine seorang Dokter dan Praktisi Kesehatan, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (13/8/2021).
Dampak negatif lainnya terhadap pertumbuhan anak, yaitu dapat mengganggu pengelihatan anak, meningkatkan risiko obesitas, terjadi perubahan postur tubuh, serta mudah sakit kepala. Selain itu, terjadi ganguan belajar karena penurunan fokus.
Pada kondisi psikis anak, internet ini berdampak pada sulitnya bersosialisasi, merasa kesepian, depresi, gangguan cemas, dan gangguan berbicara. Penggunaan berlebih juga dapat menyebabkan kecanduan dan berdampak pada kinerja otak anak.
Katherine mengatakan, sebenarnya terdapat sisi positif dari media digital ini terhadap tumbuh kembang anak. Di antaranya, merangsang motorik anak, kreativitas, kemampuan berpikir, pengetahuan, meningkatkan minat dalam belajar, dan meningkatkan sosialisasi pada anak.
Sebagai langkah antisipasi orang tua untuk bisa menangkal atau dampak negatif dari penggunaan media digital bagi tumbuh kembang anak, caranya:
- Batasi penggunaan media digital.
- Orang tua harus menyediakan waktu untuk anak.
- Memberikan materi yang sesuai dengan usia anak.
- Berikan pemahaman kepada anak terkait dampak dari penggunaan media digital secara berlebih.
- Melakukan aktivitas bersama anak di dalam dan luar ruangan.
- Disiplin dan tegas.
- Mencari pertolongan kepada dokter atau psikolog jika tingkat kecanduannya sudah berlebih.
Orang tua harus mampu memilihkan konten digital yang tepat untuk anak. Dalam paparan Katherine, anak usia 2-3 tahun bisa diberikan konten mengenai kemampuan bahasa dan motorik kasar, juga lagu-lagu. Usia 4-6 tahun, beri anak konten seperti usia sebelumnya ditambah permainan yang merangsang imajinasi dan pernainan warna. Di usia 6-12 tahun, maka berikan konten yang mengasah kemampuan berpikir serta kreativitasnya, konten berisi olahraga atau aktivitas fisik, dan permainan yang mengasah otak anak.
“Perbanyak aktivitas fisik pada anak usia 6-12 tahun. Permainan yang disajikan pada usia ini juga harus mengasah otak dan lebih kompleks,” terangnya.
Pemilihan konten juga bisa didasari oleh minat dan bakat yang dimiliki anak. Dengan ini, orang tua bisa mendukung anak untuk meningkatkan potensinya sekaligus bisa memanfaatkan media sosial dengan konten yang positif.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tasiklamaya, Jawa Barat, Jumat (13/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Ipan Zulfikri (Ketua RTIK Kota Tasikmalaya), Stefany Anggriani (Makeup Beauty Influencer), Khanti Paramita (Owner of Khanti’s Beauty and Academy), dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.