Keterbukaan informasi telah mendukung masyarakat untuk dapat berjejaring serta membuka hubungan tanpa batasan jarak. Terlebih di era digital sekarang ini internet telah digunakan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk untuk berinteraksi, berkolaborasi, bisnis, bahkan belajar dan bekerja.
Dalam mendukung penggunaannya untuk memudahkan penyebaran informasi, bahkan pemerintah telah menambah infrastruktur agar mendukung ketersediaan jaringan internet di Indonesia hingga pelosok daerah. Meski demikian, masyarakat juga harus memiliki kecakapan digital dan memahami penerapan etika saat berinteraksi di ruang digital.
“Etika di ruang digital dan kehidupan nyata tidaklah berbeda jauh. Sebab di balik media sosial setiap individu sebenarnya tetap berinteraksi dengan manusia,” sebut Golda Siregar, Senior Consultant at Power Character/Certified Behavior Consultant webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, pada Jumat (20/8/2021).
Berinteraksi di ruang digital berarti berkomunikasi dengan manusia yang memiliki pikiran, bisa khawatir dengan komentar orang lain, memiliki perasaan yang bisa terluka bila ada yang mengeluarkan kata-kata verbal kurang menyenangkan. Di media sosial bahkan setiap orang memiliki keunikan dan tidak bisa disamakan dengan pribadi satu orang.
Di samping itu masyarakat Indonesia memiliki nilai dan norma dalam berbangsa yang juga harus diterapkan di ruang maya. Interaksi sosial yang telah berubah dengan adanya dunia digital maka seseorang pun harus memahami kemajemukan Indonesia. Oleh jarena itu saat berkomentar di sosial media, perbedaan adalah hal yang harus diterima. Toleransi akan keragaman dan pendapat yang tidak sama merupakan sesuatu yang harus diterima.
Golda memberikan tips agar setiap orang bisa menggunakan interaksi dan kolaborasi di ruang digital menjadi sehat dan produktif. Dia mencontohkan negara Korea Selatan yang tahun kemerdekaannya hampir sama dengan Indonesia, namun Korea Selatan bisa maju seperti sekarang dengan memanfaatkan digital untuk mempromosikan makanan tradisional, kebudayaannya seperti hanbok, terutama musik K-Pop yang berhasil diangkat dan booming di seluruh dunia.
“Indonesia bisa angkat kebaya agar orang-orang bangga memakai baju tradisional, makanan khas kita saya angkat di sini gado-gado walaupun banyak makanan khas Indonesia wisata kuliner kita. Dangdut kopo, saya senang kalau di TikTok ada yang mengangkat kebudayaan kita dan memakainya untuk sesuatu yang positif dan berharap semakin banyak konten-konten yang bagus,” tuturnya lagi.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Bara,t I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Klemes Rahardja, Founder The Enterpreneur Society, Iman Darmawan, seorang Fasilitator Public Speaking, dan Ana Agustin, Founder of Indonesia Global Firm.