Media digital memiliki jejak yang panjang. Hani Fibianti, Founder of Molecula Indonesia mencontohkan, pada media konvensional seperti koran memang bisa dirasakan dan dipegang fisiknya atau dibaca ramai-ramai. Akan tetapi, satu hari setelah terbit mungkin tidak digunakan dan bisa saja tulisannya hilang untuk jangka waktu lama. Menurutnya, hal ini berbeda dengan media digital yang arsipnya bisa disimpan sampai kapan pun.
“Apa pun yang kita unggah, simpan, dan ambil dalam bentuk video, foto dan sebagainya yang kita simpan di komputer atau tempat digital lainnya masih ada jejak digitalnya,” terang Hani dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (27/8/2021).
Sama juga seperti jejak digital di media sosial. Di media sosial kita sebagai individu yang menjadi pelakunya, karena semuanya dilakukan secara sendiri. Dunia digital juga tidak terbatas, tidak ada penyekatan waktu atau ruang.
Dalam bergaul di dunia digital, bahasa tulisan menjadi sesuatu hal yang penting karena dalam dunia ini minim penggunaan bahasa lisan. Ia mengatakan, etika dalam bahasa tulisan yaitu jangan menggunakan huruf besar atau tanda seru yang terlalu banyak.
“Jadilah diri sendiri saat ingin membuat konten, berkomunikasi, dan berkomentar di dunia digital. Namun, bukan berarti melupakan sopan santun dan etika yang ada,” imbaunya.
Ketika kita ingin bercerita atau membuat konten di media sosial, Hani mengatakan ceritakan menggunakan hati. Ia juga mengingatkan, kita tidak selalu juga harus menjadi konten kreator, tetapi bisa dengan melibatkan diri ke dalam diskusi sesuai kesukaan atau passion kita.
Dalam dunia digital pun kita harus saling mendukung dalam kebaikan yang ada, terutama di situasi pandemi ini. Kemudian, terkait fenomena kritik dan hujatan. Menurutnya, masih banyak orang yang belum paham perbedaan kedua hal ini. Kritik ini bersifat positif dengan memberikan masukan yang membangun. Sementara, hujatan ini kritik yang menjelekkan dan tidak membangun, biasanya ditulis hanya untuk menjatuhkan.
Di akhir, ia menyampaikan tentang plagiarisme yang banyak terjadi di dunia digital. Membuat konten sendiri sesuai dengan ide dari kita karena lebih sesuai dengan nurani kita. Hargai karya orang lain, dengan demikian orang lain pun akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Laura Jane (Psikolog Klinis Dewasa), Asep Kambali (Sejarawan), Hani Fibianti (Founder of Molecula Indonesia), Nurrul Baety Tsani (RTIK Jawa Barat), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.