Data pribadi menjadi isu terhangat yang dibicarakan dunia digital. Banyak aplikasi yang mengalami kebocoran dan data pribadi memberi tersebar, bahkan kini aplikasi yang didukung pemerintah bocor. Menyangkut data pribadi, ada salah satu profesi yang bertugas menyimpan data pribadi yakni seorang merchandiser analyst.
Chiara Chiasman salah satunya yang bertugas di perusahaan retail, sehari-hari tugasnya mengolah data, memegang data perusahaan data sales, desain produk yang belum rilis, strategi penempatan stok, biaya produksi dan lainnya. Data yang dipegangnya ini merupakan identitas perusaahan ritel yang jika tersebar apalagi ke kompetitor akan merugikan. Jadi data pribadi maupun perusahaan sangat penting.
Selain itu Chiara juga membangun bisnis bidang event planner bernama Finest Sangjit, Sangjit merupakan prosesi pertunangan yang dilakukan oleh keturunan Tionghoa. Selain co-founder dia juga konsultan yang turun langsung membantu klien untuk mengurus acara Sangjit tersebut. Lagi-lagi Chiara bekerja dengan berkutat dengan data-data pribadi orang.
“Sebagai konsultan saya memegang data pribadi dari klien seperti nama lengkap, nama orangtua yang biasanya dipakai untuk susunan acara terkadang untuk booking venue. Ini merupakan data pribadi dari klien, dari awal deal kami mengtakan kepada klien, Fine Sangjit dan saya memastikan jika data mereka hanya dipakai untuk keperluan event. Tidak akan disebarluaskan dan akan kami jaga jangan sampai bocor,” cerita Chiara saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Jumat (3/9/2021).
Data-data pribadi jangan sampai bocor karena menyangkut data sensitif yang bahkan biasa dipakai untuk memverifikasi perbankan. Dia menjelaskan, data pribadi menurut UU RI nomor 23 tahun 2006 yang termasuk dalam data pribadi ada poin-poin yang pertama nomor kartu keluarga (KK), Nomor Induk Kependudukan (NIK) KTP, tanggal bulan dan tahun lahir, keterangan tentang kecacatan fisik dan atau mental, NIK ibu kandung dan lainnya. Data ini adalah catatan peristiwa penting yang tidak boleh sembarangan kita berikan.
Beberapa hal yang di era digital ini merupakan data pribadi baru atau privasi baru yang juga tidak boleh diberikan kepada orang lain, one time password atau kita sering dengar OTP. Ini adalah kode unik yang dikirimkan ke nomor handphone untuk memverifikasi apakah orang yang saat itu mengakses merupakan orang yang berhak atau tidak.
Kemudian ada two Factor Authentification atau dua lapis keamanan bisa dibilang ini seperti double OTP tapi dikirimnya ke dua tempat bisa ke nomor HP dan email.
“Ada CVV ini tiga angka di belakang kartu kredit kalau yang punya kartu kredit mungkin sering dengar kemudian ada password dan pin yang merupakan alat keamanan dipakai di mana mana. ATM debit itu biasanya dipakai kemudian ada nomor kartu debit atau kartu kredit dan yang terakhir nama gadis ibu kandung yang memang penting,” jelasnya.
Semuanya merupakan sistem keamanan yang diberikan penyedia jasa khusus untuk pelanggannya, tidak sembarang orang bisa mengakses. Pastikan data pribadi yang kita berikan hanya kepada institusi atau aplikasi resmi atau perusahaan.
Webinar juga menghadirkan pembicara Ricco Antonius (Owner Patris Official Store), Mario Dewys (Relawan TIK Indonesia), Sri Nurbaeti (penggiat literasi), dan Martin Kax sebagai Key Opinion Leader.