Di dunia digital pelecehan seksual terjadi direntang usia 18-29 tahun, 25% menjadi target pelecehan seksual daring. Sebanyak 66% berasal dari aplikasi sosial media dan situs internet dan 22% berasal dari kolom komentar.
Oriza Sativa, Psikolog Mayapada Hospital dengan tegas mengatakan pelecehan yang menyangkut seksual sama sekali tidak terkait dengan gaya berpakaian dan cara berpenampilan. Karena kerap terjadi mereka yang berpakaian tertutup juga menajdi korban.
Namun dalam bermedia sosial tetap kita harus menjaga, jangan sampai ada foto atau komentar mengundang konotasi seksual. Bentuk pelecehan seksual di dunia digital lainnya yakni spamming dengan komentar yang tidak pantas.
“Segala bentuk komentar yang membuat kita dan orang lain tidak nyaman itulah pelecehan. Membahas anggota badan tertentu hingga mengirim foto yang berkonotasi seksual meskipun bukan manusia misalnya gambar kartun atau meme yang biasanya gambar hewan atau lainnya,” jelasnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021).
Seseorang yang mengirim hal-hal yang seperti mungkin akan sering terjadi di dunia digital, Oriza menyarankan jika kita terganggu yang dapat dilakukan ialah memblock akun tersebut. Tidak perlu meladeni atau menasehati sebab orang-orang seperti itu memang sengaja mencari perhatian untuk melihat reaksi. Oriza pun membagikan bagaimana melatih mental yang baik dalam bermedia sosial di dunia digital.
Pertama, kuatkan hati dalam setiap komentar yang datang, sebab tidak semua orang mengerti apa yang mereka katakan. “Tetap tenang mengatur tindakan yang akan dilakukan, apalagi jika menghadapi orang-orang yang sudah berbuat tidak nyaman. Saran saya memang langsung block menghindari kita berdebat atau malah emosi yang terluapkan di status media sosial,” tuturnya.
Tetap konsisten dan bulatkan tekat untuk menampilkan konten yang bermanfaat baik membuat ataupun membagikan tidak hanya sekadar ingin tren lantas membagikan konten negatif. Jangan tergoda untuk melakukan itu.
Pesan Oriza lagi tidak menjadi orang yang overthinking dalam bermedia sosial, terutama jika ada yang berkomentar. Anggap saja angin lalu hanya sekedar basa basi di media sosial bukan untuk ditanggapi serius. Tetap berusaha menjadi pribadi yang fleksibel dan bijaksana dalam setiap hal yang kita lakukan di media sosial.
Webinar juga menghadirkan pembicara Pipit Andriyani (public speaking couch), Tim Hendrawan (creative director) Santia Dewi (Pebisnis Online), dan Martin Kax sebagai Key Opinion Leader.