Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut kita untuk mempelajarinya. Efek pandemi pun membuat anak-anak harus beradaptasi dengan gadget dan internet di usia dini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, pandemi mendorong anak-anak aktif menggunakan ponsel, baik untuk bayi, balita, dan anak sekolah. Hal ini jauh berbeda dengan penggunaan internet dan komputer yang tidak terlalu besar.
“Padahal 5 tahun pertaha kehidupan anak adalah periode sensitif anak atau golden age. Karena di 5 tahun pertama kehidupan anak itu di kepalanya sedang berkembang begitu pesatnya, jadi apapun yang didapatkan anak di lingkungannya mudah terserap” ungkap Laura Ajawaila seorang Psikolog Klinis Dewasa dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (17/9/2021).
Kebanyakan anak-anak di era ini menggunakan gadget untuk menonton video, bermain games, mendengarkan musik, hingga bersosialisasi di media sosial. Dampak positif dari penggunaan gawai ini membuat anak lebih terampil menggunakan gawai, menambah keterampilan berpikir melalui cara interatif, melatih sikap mental yang siap untuk bersaing, meningkatkan motivasi belajar, mendapatkan inspirasi, berlatih menyusun prioritas, dan melatih anak untuk menjaga jejak digital.
Namun, penggunaan gadget berlebihan pada anak usia dini menyebabkan berbagai masalah, seperti terlambat bicara, masalah perkembangan emosi dan sosialnya, menurunnya fungsi perkembangan kognitif pada anak, mengalami gangguan tidur, obesitas, kelelahan mata, keluhan fisik seperti postur tubuh, dan terpapar konten negatif.
“Adanya pandemi anak-anak dituntut untuk melek teknologi, internet, dan penggunaan gadget karena hampir semuanya dilakukan secara online. Sementara anak-anak tidak memiliki kemampuan menggunakan gawai secara bijak. Karena itu perlu pendampingan orang tua,” tuturnya.
Ia mengatakan, hal tersebut karena keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak. Masalah yang muncul dalam diri seseorang sebagian besar disebabkan karena faktor keluarga. Dengan demikian orang tua dan anak harus menjalin relasi yang hangat sehingga muncul keterbukaan.
Dalam mendampingi anak menggunakan gawai, orang tua bisa menetapkan rutinitas berdigital sehat di keluarga. Kemudian, menemani anak mengeksplor hal baru di dunia digital dengan membangun komunikasi dua arah, mencari tahu hal yang sedang diminati anak, menjadi pendengar yang baik saat anak berkeluh kesah atau berpendapat, serta mengajak anak untuk berlatih relaksasi saat anak cemas dengan kondisi di dunia digital.
Untuk menjaga keamanan anak, orang tua dapat mengaktivasi keamanan di ruang digital seperti menggunakan family link. Hal terpenting ialah orang tua harus terus belajar untuk meningkatkan kecakapan digital yang selalu berkembang setiap waktunya.
Webinar juga menghadirkan pembicara Mataharitimoer (Digital Literacy Officer ICT Watch), Aan Jaelani (Dekan Fakultas Syariah & Ekonomi Islam IAIN Steikh Nurjan Cirebon), Nindy Tri Jayanty (Entrepreneyr & Penggiat UMKM), dan Benito sebagai Key Opinion Leader.