Indonesia saat ini dinobatkan sebagai negara dengan ekonomi digital tersebas di ASEAN. Ditinjau dari jumlah transaksi, di tahun 2020 mencapai 266,3 triliun dan meningkat hingga 6 kali lipat dari tahun 2017.
Dari hal tersebut, kita sudah masuk ke dalam era digital yang membuat segala aktivitas masyarakat dilakukan secara online. Sebagai bekal hidup di era digital, kita perlu memiliki digital skill atau kecakapan digital.
“Di masa pandemi, kita menyadari bahwa beberapa pekerjaan runtuh dan beberapa pekerjaan lainnya tumbuh,” ungkap Nurfajar Muharom selaku Relawan TIK Indonesia, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021).
Di era ini, muncul juga tren-tren digital yang membuka peluang dan kesempatan luas. Pertama, adanya tren profesi. Profesi ini di antaranya menjadi konten kreator, software engineering, social media specialist, data analyst, digital marketer, dan finance. Selain itu, ia mengatakan di masa mendatang pekerjaan lebih mengedepankan orang-orang yang ahli dan kreatif dalam teknologi.
Kedua, tren usaha seperti start up, online shop, dropship, dan affiliate marketing. Dalam membangun usaha semua orang memiliki kesempatan yang sama. Kebanyakan usaha ini dilakukan secara online dengan jangkauan yang lebih luas.
“Terkait dengan hybrid roles, yakni era di mana kita enggak bisa hanya punya satu kemampuan atau keterampilan. Permasalahan pekerjaan saat ini semakin kompleks, dan usia pekerjaannya pendek,” jelasnya.
Untuk menghadapi era digital, hal yang harus dilakukan ialah mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah. Kita perlu menjadi generasi yang kritis dan bisa memberikan solusi dari masalah tersebut. Kemudian, kemampuan komunikasi atau berbahasa. Lalu, pola pikir kreatif dan inovasi untuk menghasilkan karya dan ide di ruang digital, serta berkolaborasi karena di era digital kita tidak bisa hidup sendiri.
Webinar juga menghadirkan pembicara Taufik Aulia Rahat (Penulis, Contect Creator, dan Digital Product Manager), Ria Aryanie (Praktisi Humas dan Komunikasi), Nindy Tri Jayanti (Entrepreneur dan Penggiat UMKM), dan Deya Oktarissa sebagai Key Opinion Leader.