Industri 4.0 membuat semua hal di kehidupan menjadi berbasis internet. Di bidang pendidikan internet pun kini sangat dimanfaatkan dalam proses pengajaran, yakni sebagai sarana mendapatkan informasi tak terbatas, meningkatkan kemampuan belajar, membuat materi dan media pendukung yang lebih menarik, meningkatkan minat dan kualitas pendidikan.
Adapun saat ini di tengah proses transformasi digital yang pesat, ada gap antara orangtua, guru dan anak. Di mana generasi Z sebagai anak-anak yang lahir dan tumbuh di era ketika penggunaan internet dan teknologi telah menjadi keseharian. Tentunya karena berbeda generasi dengan orangtuanya, mendidik anak yang sudah akrab teknologi sejak lahir sangat berbeda dengan orangtua zaman dulu. Generasi Z yang lahir setelah generasi milenial, disebut juga iGeneration atau generasi internet.
“Tansformasi digital terjadi dari cara belajar saat ini dari offline ke online, lalu penggunaan buku manual menjadi e-book. Dulu bila murid mengumpulkan tugas dari buku, sekarang dengan pembelajaran online tinggal di submit menggunakan teknologi internet,” Kata Mardiana R.L Vice Principal Kinderhouse Pre-School saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Kamis (23/9/2021).
Pendidik pun memiliki tantangan harus mampu mengikuti perkembangan teknologi, karena itu perlu mengubah metode pembelajaran dari content based learning menjadi outcome based education. Yakni bila semula murid hanya bersikap pasif kini menjadi aktif, penilaian kepada murid sebelumnya hanya berdasarkan tugas-tugas namun menjadi penilaian yang berkelanjutan tak hanya dari tugas. Sebelumnya jika belajar hanya berupa hafalan, kini berubah menjadi critical thinking.
Selain metode pengajaran yang berubah, skills atau kemampuan murid pun ikut berkembang di abad ke-21. Terkait dengan pondasi literasi, kompetensi dan kualitas karakter murid. Tugas pendidik di sini yaitu menanamkan kepada peserta didik agar memiliki literasi digital supaya mereka dapat belajar mandiri.
“Sehingga murid-murid dapat mendalami pengetahuan sesuai dengan bakat talenta. Sistem pembelajaran kini pun mengacu agar murid yang dapat berkreasi dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat kita. Jadi di era ini pendidik harus menciptakan anak-anak yang berinovasi,” ujar Mardiana lagi.
Lebih lanjut dia memberikan tips untuk para pengajar yakni untuk terus meningkatkan kompetensi dalam penggunaan teknologi dan membiasakan diri dalam menerapkan pendidikan berbasis teknologi. Kemudian, tentunya harus memiliki perlengkapan pembelajaran online dan mensosialisasikan aturan saat pembelajaran online kepada peserta didik.
“Jadi tetap walaupun mereka belajar dari rumah, aturannya tetap seperti sedang di sekolah,” tuturnya lagi.
Di Webinar kali ini hadir pula nara sumber seperti Indra Brasco, seorang Dadpreneur, Mona Ratuliu, Founder ParenThink, dan Muhamad Ridwan, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Bagusrangin Jatitujuh.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.