Masih banyak para pengguna internet yang belum peduli dengan keamanan informasi yang sebenarnya harus dijaga saat memasuki ruang digital. Ada tiga tujuan untuk keamanan informasi yakni confidentiality, integrity, availability.
Kodar Udoyono, dosen Fakultas Teknik Universitas Mandiri Subang mengatakan, ketiga hal itu merupakan teori dari serangan kejahatan digital yang sering terjadi. Confidentiality atau kerahasiaan dalam hal ini merupakan data atau informasi yang berada pada sistem atau database.
Hal yang rahasia dan pengguna atau orang yang tidak berkepentingan tidak dapat melihat atau mengaksesnya. Hanya pihak yang berhak dan berwenang saja yang dapat mengakses informasi tersebut.
“Seringkali ketika ponsel kita hilang sebenarnya yang paling banyak disesali adalah bukan ponsel itu sendiri atau harga ponselnya. Tetapi yang disayangkan adalah data-data yang ada di ponsel tersebut. Itu menandakan data itu merupakan sebuah hal yang penting, ini juga yang menjadi sasaran para hacker untuk mengambil data pribadi kita,” jelasnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (01/10/2021).
Klasifikasi informasi atau data untuk mengakomodir tercapainya confidentiality seperti, internal use only atau hanya digunakan di lingkungan internal perusahaan, kemudian di public biasanya disebarkan melalui website atau media sosial perusahaan. Terakhir, confidential atau sangat rahasia contohnya data-data terkait planning financial, proses bisnis dan lainnya.
“Ancaman pada confidentiality karena kita lalai dalam mengotentifikasi kemudian masuk ke ponsel kita dan merekam lewat email kita. Seperti halnya lemahnya password yang digunakan sehingga mudah ditebak ataupun dipancing untuk diberitahu atau pada keamanan digital disebut dengan phishing,” tuturnya.
Dengan cara malware atau masuknya virus yang dapat membuat back door ke sistem ataupun mengumpulkan informasi pengguna. Ada email yang menyerupai perusahaan tertentu lalu mengirimkan link website untuk diisi data diri padahal semua itu palsu.
Ancaman yang selanjutnya adalah social engineering, Kodar menjelaskan, itu terjadi akibat lemahnya pemahaman kita terhadap password terhadap di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram. Ini menyebabkan hacker bisa masuk ke dalam sistem keamanan kita.
Pencegahan yang harus kita lakukan adalah cara yang digunakan untuk menjamin tercapainya enkripsi. Artinya setiap orang harus mengganti password secara berkala dan bagaimana mereka memadupadankan huruf, angka huruf besar, dan huruf kecil agar orang sulit menebak password kita. Sebab yang dibidik adalah 200 juta pengguna gadget sebanyak itu pula yang menjadi sasaran.
“Kalau bang napi bilang kejahatan itu bukan hanya karena ada niat pelaku ada kesempatan. Hal itu membuktikan kejahatan dapat dilakukan oleh siapa saja kapanpun, dimanapun oleh siapapun karena dengan menggunakan media digital sangat mudah untuk dilakukan,” tutupnya
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ryzki Hawadi (CEO Attention Indonesia), Byarlina Gyamitri (Konsultan pemberdayaan SDM), Silvia (Entrepreneur), dan Clarissa Purba sebagai Key Opinion Leader.