Keamanan digital merupakan usaha untuk menghindari timbulnya/adanya ancaman kejahatan yang akan mengganggu data, sistem, dan jaringan. Keamanan digital ini termasuk pada keamanan perangkat digital, identitas digital, mewaspadai penipuan digital, rekam jejak digital, dan keamanan pada anak.
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah jejak digital. Banyak orang tidak sadar bahkan cenderung mengabaikan jejak digital pada saat menggunakan internet. Padahal jejak digital ini sulit sekali hilang. Beberapa jejak digital yang kita tinggalkan di antaranya, postingan media sosial, riwayat akses situs, komentar, email, persetujuan akses, riwayat lokasi, dan sebagainya.
“Rekam jejak digital juga membuat sinkronisasi antara setiap aplikasi yang digunakan. Apa yang kita cari bisa di medsos bisa muncul pada e-commerce. Keduanya saling berkaitan,” papar Rahmat Abdul Fatah sebagai anggota Relawan TIK Kota Cimahi dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021).
Selain itu, ketika kita menggunakan Wi-Fi publik akan berpotensi meninggalkan jejak digital. Hal ini bisa membuat orang lain mengakses informasi dalam perangkat bahkan akun-akun media sosial kita. Karena itu, Wi-Fi publik tidak disarankan untuk mengakses website atau laman yang sifatnya pribadi, mulai dari media sosial, email, akun perbankan, hingga transaksi digital.
Di samping jejak digital, kita juga perlu memperhatikan data dan identitas pribadi perlu dilindungi. Sebagai sebuah identitas, data pribadi sangat berpotensi untuk disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
“Data pribadi harus dilindungi sesuai dengan pasal 1 ayat 12 undang-undang nomor 24 tahun 2013. Penyalahgunaan data pribadi juga ada undang-undangnya,” tuturnya.
Untuk itu, sebagai pengguna kita harus sadar dan waspada dalam mengamankan data dan identitas pribadi kita. Jangan sembarangan menggunggah data pribadi di medsos dan perhatikan izin akses pada aplikasi-aplikasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Litani Wattimena (Brand & Communication Strategist), Katherine (Praktisi Kesehatan), Tim Hendrawan (Creative Director), dan Clarissa Purba sebagai Key Opinion Leader.