Budaya digital dipahami sebagai sebuah prasyarat dalam transformasi digital. Penerapan budaya digital dianggap penting karena mengubah pola pikir (mindset) seseorang agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.
Saat ini, kita berada pada era distributed, di mana semuanya terkoneksi satu sama lain. Indra Ilham Riadi atau yang akrab disapa Ibeng, Group Commercial, Assistant Manager Digital Marketing mengatakan era ini juga disebut sebagai era propaganda karena segala sesuatunya terhitung cepat termasuk dengan cara kita menerima dan menggali suatu informasi. Pada era distributed ini, memiliki dampak baik dan buruk. Dampak baiknya, kita bisa menjadi lebih pintar karena banyaknya informasi, tetapi dampak buruknya banyak data-data dari informasi yang tidak relevan.
“Indonesia adalah negara kepulauan. Setiap pulau memiliki perilaku yang berbeda-beda. Perilaku masyarakat Indonesia itu rasa penasarannya tinggi, menuntut untuk bisa, menjadi pembeli yang tidak sabar, fokus kepada selulernya, dan sangat sensitif akan harga,” tutur Ibeng dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (21/10/2021).
Untuk menjadi masyarakat digital yang berbudaya, menurut Ibeng kita harus fokus dengan brand persona diri sendiri. Bukan sibuk untuk cepat-cepat viral dan membuat konten kontroversi. Karena reputasi yang telah dibangun sejak lama bisa rusak karena kontroversi di era digital. Jadi, kita benar-benar harus fokus dalam membangun brand personality.
Dalam membangun personal branding, kita harus menyusun konten-konten sebagai sebuah pilar. Misalnya personal branding yang ingin dibangun ialah bangga menjadi putra putri Indonesia. Kemudian kita membuat konten pilar edukasi, promosi produk dalam negeri, dan posting-an menginspirasi. Setelah itu, kita perlu membuat pedoman narasinya. Ia mengatakan, sebuah konten harus informatif, interaktif, ramah, dan persuasif.
“Gunakan gambar-gambar yang relevan pada setiap postingan kita. Konten itu harus relate atau berhubungan dengan apa yang mau kita sampaikan. Jangan sampai bikin kontroversi atau mispersepsi pandangan orang terhadap posting-an yang kita buat,” jelasnya.
Di dalam era digital, kita perlu meningkatkan kemampuan dasar kita di dunia digital. Karena harus mengikuti perkembangan zaman. Buatlah konten tentang apa yang dibutuhkan orang lain.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Zacky Badrudin (Founder Visquares Digital Event Platform), Diana Nafiah (COO Halo Bayi), Kis Uriel (Storytelling & Self Development Coach), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader