Hingga kini masih banyak juga masyarakat yang terpapar hoaks. Pertama akibat literasi rendah. Menurut penelitian program for international student assessment (Pisa) Thun 2015 Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara literasi tingkatan dengan responden anak-anak sekolah usia 15 tahun dengan sampel sekitar 54 ribu orang.
Masih menyangkut Literasi rendah ada juga penelitian program for international student assessment system 2018. Indonesia berada pada posisi keenam dari bawah. Atau menempati peringkat 74 dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca.
Entin Juariah, ketua LSP P1 SMK Wirasaba Karawang juga menyebut padahal penggunaan internet sangat banyak di Indonesia. Data dari Kementerian informasi dan Informatika menyatakan, penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi didorong oleh tarif internet yang sangat murah dan banyaknya pengguna smartphone mencapai atau kurang lebih dari 89% dari penduduk Indonesia.
Wearesocial per Januari 2017 mengungkapkan orang Indonesia menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Indonesia berada di urutan kelima dunia dalam hal kecerewetan di media sosial dan Kakarta kota paling cerewet di dunia maya
“Penyebab terpaparnya hoaks lainnya adalah subjektivitas menurut seorang dosen di Amerika university otak kita memiliki yang namanya bias konfirmasi ketika kita menyukai atau mempercayai sesuatu otak kita akan cenderung menolak informasi yang mengatakan bahwa hal itu tidak benar atau salah,” jelasnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021).
Maka, cara terhindar dari hoaks itu jangan menurut serta atau terlibat dalam mencari-cari kesalahan orang lain. Kita juga tidak boleh mengikuti hawa nafsu untuk membenci. Saat kita tidak setuju dengan pihak lain atau berbeda pendapat dengan mereka.
“Penyebaran hoaks sering terjadi karena informasi yang diterima sesuai dengan pendapat atau juga pandangan kita. Sehingga tidak lagi mengecek kebenarannya,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Zacky Badruddin (Founder Visquares), Tim Hendrawan (Creative Director), Muhammad Miftahun Nadzir (dosen), dan Tanisha Zharfa sebagai Key Opinion Leader.