Dahulu kita mengenal buku sebagai jendela dunia ini ada lagi yang lebih besar daripada jendela yakni gerbang. Dan internet dianggap sebagai gerbang dunia. semua informasi berada di sana ketika sudah berada di internet berarti seperti kita akan memasuki dunia yang begitu luas.
Aristyo Hadikusuma, Director of Otinesia dan tenaga pengajar di Telkom University mengatakan, begitu juga dengan pembelajaran melalui internet kita bisa belajar apa saja termasuk para pelajar formal. Melalui YouTube, belajar kini bisa mendapatkan ilmu lebih menarik karena secara visual dan dapat diulang untuk dipelajari kapan saja dan dimana saja.
Memang sifatnya hanya satu arah tidak ada interaksi jika ingin ada interaksi belajar dapat memanfaatkan aplikasi Belajar seperti Ruang Guru, Quipper, Zenius dan lainnya. Lebih interaktif karena pelajar dapat bertanya kepada mentor kapanpun. Memang berbayar, tapi tentu tidak sama hal seperti sekolah formal, ini dapat menjadi solusi belajar zaman sekarang.
Pembelajaran melalui audio juga bisa dilakukan bagi mereka yang memang lebih senang mendengarkan. sini ada podcast dengan beragam aplikasi yang dapat dengan mudah didengarkan. Tapi pertanyaannya adalah adakah bidang atau pelajaran yang ingin kita pelajari di podcast tersebut.
“Tentu ada, di salah satu podcast ada belajar matematika, kitahanya mendengarkan tapi sebenarnya sudah belajar di Spotify. Padahal kita dulu mengira belajar matematika itu harus butuh banyak coretan tapi ternyata sekarang melalui audio juga sudah bisa. Sepertinya tidak mungkin tapi ini nyata pendengarnya banyak. Ini memudahkan para pelajar yang cocok belajar secara audio,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (25/10/2021).
Podcast juga kini sudah banyak temanya bukan hanya putar lagu lagu atau pun musikalisasi puisi. Tapi dalam soal pengembangan karakter, pengembangan diri, motivasi itu sudah banyak yang dilakukan melalui podcast. Tentu ilmu-ilmu seperti ini dapat didengarkan dari mana saja dan dengan aktivitas apapun yang kita lakukan misalnya berolahraga sambil mendengarkan podcast mengenai motivasi.
Apa seseorang mendengarkan pelajaran sejarah saat berada di perjalanan ke kampus atau sekolahnya? Sehingga waktu yang kita habiskan sehari-hari tidak terbuang percuma karena ada kegiatan lain yang kita lakukan dan bermanfaat.
Lalu setelah banyak yang kita pelajari di internet, apa yang dapat kita lakukan selanjutnya. Aristyo menyarankan, coba untuk mengubah kerangka berpikir ada fase learn, unlearn dan relearn.
“Saat kita belajar ada di fase learn, kita dapat belajar dari mana saja tidak harus dari literatur. Belajar dari pengalaman orang lain. Fase unlearn kita pecah, kita sesuaikan ilmu yang kita dapat dengan situasi dan kondisi yang kita alami saat ini,” jelasnya.
Setelah kita tahu apa yang kita pelajari, kita susun lagi atau masuk fase relearn. Ibaratnya kita pasang kembali pasal-pasal yang sudah kita pisahkan sesuaikan dengan kondisi kita sendiri. Kita bisa mempraktekkan hal itu di dunia yang kita tekuni. Harapannya dengan jalani fase-fase dan banyak belajar apa yang kita sukai kita bisa menjadi bunglon. Maksudnya, kita dapat beradaptasi di tempat dan situasi yang berbeda. Sebab di era saat ini di situasi yang tidak mudah diprediksi hal tersebut harus dilakukan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Syukrie (Underwater Videographer), Defira Novianti Crisandy (Ketua RTIK Kota Sukabumi), Bambang Iman Santoso (CEO Neuronesia Learning Center), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.