Internet memudahkan mendapatkan dan mendistribusikan informasi namun minim filter. Tentu ini sangat berbahaya, karena pengguna bisa dapat terpapar ataupun membahayakan dirinya dan lingkungannya. Selain pornografi dan perjudian internet kini juga menjadi tempat berkembangnya industri kebencian. Industri kebencian itulah kondisi internet di Indonesia yang kita sadari atau tidak.
Mubarok Hasanudin, Sekretaris RTIK Cirebon mengatakan, sering kita menyaksikan bersama sangat masif sekali ujaran kebencian yang berkembang di internet. Penyebab penyebaran informasi atau karena penyebaran informasi hoaks dan intoleran lebih besar dikarenakan faktor kebencian dibandingkan dengan strata pendidikan.
“Banyak sekali orang-orang yang sebenarnya kita lihat berpendidikan seperti dosen menjadi penyebar hoaks atau juga melakukan ujaran kebencian. Hal itu belum tentu benar tetapi karena rasa benci terlalu besar maka dia menganggap itu benar. Ketika sudah benci apapun itu akan dianggap salah, baik pun akan dianggap salah,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Di Indonesia pun kini toleransi sudah semakin menipis. Tidak ada lagi suatu sikap yang saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Indonesia merupakan negara yang majemuk, kita berada di sebuah negara yang di dalamnya banyak sekali perbedaan.
“Bahkan kalau menurut agama Islam perbedaan itu merupakan sebuah Rahmat atau anugrah. Itulah mengapa kita tidak dilahirkan sama itu agar kita bisa saling menghargai perbedaan. Karena perbedaan ini, beberapa pihak lebih nyaman untuk bergabung dengan sesamanya atau yang satu pendapat tidak berbaur dengan yang lainnya,” tambahnya.
Itu yang menyebabkan terkadang berita hoaks itu mudah dipercaya. Para pengguna media sosial kini tidak bisa memahami bahkan tidak bisa membedakan berita hoakks. Ini sangat miris sekali ini, Mubarok bercerita pernah kedatangan tetangga di waktu subuh. Tetangga itu hanya ingin menanyakan apakah benar dia mendapatkan undian berhadiah dari SMS. Padahal, kita sudah banyak mengetahui SMS seperti itu hanya penipuan namun ternyata masih banyak juga yang masih percaya. Literasi digital harus semakin menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat agar tidak terjerumus ke dalam kejahatan digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (Underwater Videographer), Alfret Nara (Praktisi IT), Stefany Anggraini (Makeup Influencer), dan Gabriella Citra sebagai Key Opinion Leader.