Perbedaan mendasar dari tempo dulu atau zaman dimana belum ada internet dan era digital dimana semua serba internet. Dapat dilihat dari cepatnya hadirnya pengetahuan dan ilmu. Seseorang kini dapat menambah keahliannya hanya dengan menonton channel YouTube. Oleh karenanya era digital ini bermata kembar akan ada sisi baik dan sisi buruk.
Bagi orang-orang tempo dulu yang hidup di zaman sekarang menjadi sebuah anugrah bisa berada di dua zaman berbeda. Ariya Pardinand, JFD Pengembang Kesiswaan Kemenag Kabupaten Karawang mengatakan, mereka harus melalui proses penyesuaian, tidak semua bisa melaluinya.
Mereka yang tidak dapat melakukan penyesuaianya sebenarnya karena tidak mau belajar atau memang bersikeras dengan teknologi yang diketahui di zamannya. Misalnya menggunakan handphone yang hanya bisa SMS dan telepon saja. Banyak proses penyesuaian sehingga memang tidak mudah untuk meyakinkan pihak yang memang tidak ingin berubah.
“Jika seseorang itu berpindah dari satu budaya kebudayaan yang lainnya maka dia akan mengalami fase-fase berbentuk seperti huruf W ada naik dan turun. Dimulai dari fase yang disebut dengan honeymoon yang dilihat hanya yang manis-manis saja yang senang saja tapi ketika sudah mulai mengenal mulai kelihatan yang jelek-jelek ya sehingga mereka menjadi shock, disebut dengan fase cultural shock. Mereka menyadari internet ada juga sisi negatifnya dan mulai khawatir,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Setelah mengalami hal seperti itu mereka mengalami penyesuaian berikutnya yakni di fase initial adjustment. Seseorang, ketika berpindah dari satu budaya kebudayaan lain ketika sudah merasakan senang dan susah mereka mulai terbiasa sudah mulai berimbang. Mereka mulai menyadari internet ada baik dan buruknya dan sudah menerimanya. Di fase ketiga ini juga orang sudah mulai menerima, beradaptasi tetapi ini baru penyesuaian yang pertama setelah itu mereka akan ada fase dimana terpuruk lagi atau disebut mental isolation.
“Disinilah kita mengetahui semua informasi mengenai budaya baru tersebut maka sering terjadi juga homesick atau rindu zaman dulu. Padahal kita sudah berada di era digital tetapi rindu situasi tempo dulu,” lanjutnya.
Fase yang terakhir yaitu fase namanya acceptance & integration. Akhirnya kita akan menerima segala sesuatu yang ada pada budaya baru ini. Di era digital ini berarti kita bisa menerima bahwa internet itu memang sudah ada dan tidak bisa dihalang-halangi lagi dan kita harus terbiasa menggunakan internet. Tidak dianggap lawan dan bukan sebagai penghalang. Tidak lagi dianggap sebagai penghambat tetapi kita sudah mulai menganggap internet itu sebagai suatu hal yang harus kita pergunakan dimanfaatkan secara maksimal. Sebab internet tidak akan bisa ditolak keberadaannya, era digital ini kita harus kita lalui tinggal kita menerima keadaan seperti ini.
Webinar juga menghadirkan pembicara, dr. Frendy Winardi (Founder Royals Rejuvia), Ria Aryanie (Praktisi Humas dan komunikasi), Haryanto (Ketum BEMSIKA PBSI 2021), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.