Posisi Indonesia di era digital ini cukup aktif di dunia digital. Menurut hasil survei APJII tahun 2019, penggunga terbanyak berada di pulau Jawa dan Sumatra mulai dari remaja hongga dewasa. Hal ini menandai bahwa masyarakat Indonesia dapat dikatakan telah memasuki masyarakat digital.
Sunengsih, Guru SMAN 4 Cimahi memaparkan, sebagian besar populasi telah menggunakan teknologi digital di berbagai aspek kehidupan. Adanya perubahan pola pikir dalam memunculkan identitas, belajar, bekerja, mengekspresikan diri, dan mendistribusikan informasi semuanya dilakukan secara digital.
“Digital era itu memberikan kemudahan, seperti membuat segalanya berjalan tanpa batas, tetapi yang perlu disadari semakin kuat keuntungan yang dihadirkan, semakin kuat juga dampak negatifnya,” ujar Sunengsih dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Salah satu dampak negatif dari digital ini adanya perbedaan kepribadian yang ditampilkan seseorang di dunia maya dan dunia nyata. Menurutnya, orang-orang lebih lantang bersifat agresif di media sosial padahal di dunia nyatanya pendiam. Hal ini merupakan budaya negatif dari dunia digital. Ia menjelaskan, budaya merupakan cipta, rasa, dan karsa yang dihadirkan melalui pola pikir, ide, dan gagasan.
“Budaya digital kita ada beberapa di antaranya yang tidak menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan dan Pancasila,” paparnya.
Ia mengatakan, perlu sekali sisi kemanusiaan dalam menjalankan kehidupan di era digital ini. Kita harus menjadi pelaku dalam menjalankan budaya digital positif. Kita bisa menyebarkan nilai luhur bangsa secara global dengan mengedepankan toleransi budaya, mengamalkan Pancasila dan kebhinnekaan sebagai warga negara digital.
Ketika kita menjadi warga negata digital tidak ada batas antar negara. Ini berpotensi melunturkan identitas bangsa dan budaya. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan eksistensi budaya indonesia dengan berbudaya bangsa dan luhur sesuai nilai-nilai Pancasila. Jangan hanya melokalkan budaya asing, kita perlu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di ruang digital agar tidak mudah tergerus budaya asing.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Lucia Palupi (Digital Content Music Producer), Rabindra Soewardana (Direktur OZ Radio Bali), Irsan Maulana (Ketua Relawan TIK Kota Cimahi), dan Benito sebagai Key Opinion Leader.