Internet dan komputer mulai diperkenalkan secara luas di tahun 90-an. Untuk komunikasi peer to peer menggunakan pager. Pager inilah yang kemudian berevolusi menjadi telepon seluler.
Kemudian berlanjut ke tahun 2000-an, komputer lebih canggih dan telepon genggam mulai bermunculan dengan harga yang lebih terjangkau dari sebelumnya. Pada era ini internet sudah dinikmati hampiri di setiap kalangan. Bukan barang aneh tapi masih terkendala infrakstuktur.
“Muncul juga browser era pertama dan media sosial. Seperti Google, Yahoo, Friendster, YouTube tapi semua fiturnya belum secanggih sekarang,” ujar Diana Nafiah selaku COO Halo Bayi dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (28/10/2021).
Perkembangan digital pesat sejak 2015 mulai ada Internet of Things, dimana semua sudah mulai terintegrasi dengan internet. Layanan yang ada di dunia sudah terintegrasi secara online, penggunaan berkas fisik mulai berkurang. Muncul pula inovasi dalam bidang tertentu yang memudahkan. seperti taksi online, service online, e-commerce, dan lainnya.
Hingga saat ini semua aktifitas manusia tergantung pada internet. Sayangnya tentu ada konsekuensinya. Internet membuka jendela dunia, ini menjadi hal yang positif. Namun ini juga memberi pengaruh negatif.
Kekurangan lain pada generasi Alfa yaitu anak muda minus budaya seperti permainan dan kesenian tradisional tidak dikenal dan diminati lagi. Kumpul keluarga pun berkurang karena sekarang berganti dengan video call dan grup WhatsApp.
“Anak sekarang tidak lagi mengenal hal-hal yang berbau tradisional, juga tempat-tempat wisata. Harusnya dengan alat yang kita punya memudahkan mendapatkan semua itu. Kebiasaan keluarga yang tadinya bersilaturahmi yang jadi budaya berkurang, sekarang sudah terangkum di grup saja,” jelasnya.
Lalu bagaimana agar budaya Indonesia tetap dikenal di dalam negeri oleh generasi muda dan dipromosikan ke luar negeri bila ada kesempatan? Ada beberapa yang bisa digunakan dan dilakukan:
- Media sosial
Berbagai cerita atau foto budaya Indonesia bisa dikenalkan melalui media sosial. Dengan konten-konten mengenalkan kekayaan Indonesia ke dunia.
- Marketplace / e-commerce
Menjual produk Indonesia melalui market place atau e-commerce. Ini bisa apa saja dari mulai pakaian, makanan dan keunikan dari daerah tertentu.
- Zoom / Live Instagram
Mengadakan event budaya yang disiarkan secara live / online.
- Digital Screen
Beriklan di tempat-tempat iconic dunia, seperti di NY Time Square, Shibuya Tokyo dan tempat lainnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (PADI Course Director, Underwater Photography / Videography Trainer), Indra Ilham Riadi (Group Commercial, Assisten Manager Digital Marketing), Muhammad Agreindra Helmiawan (Kepala Penelitian LPPM UNSAP), dan Marcella Vionita sebagai Key Opinion Leader.