Peralihan kebiasaan dari offline ke online berdampak pada budaya Indonesia. Dengan adanya teknologi digital dan internet, kita harus bisa merespon bagaimana kita bisa memperkenalkan budaya indonesia di dunia digital.
“Pengguna internet di Indonesia penetrasinya sangat tinggi, waku untuk menggunakannya juga sangat panjang. Salah satu pasar yang memang menarik dan harus dicoba adalah dunia digital,” kata Ipan Zulfikri, Ketua Relawan TIK Kota Tasikmalaya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/10/2021).
Ipan mengatakan, jangan sampai di dunia digital kita hanya menikmati budaya orang lain tanpa memperkenalkan budaya kita. Dalam penjelasan Ipan, hasil dari kebudayaan akan menghasilkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal yang dihidupi secara bersama dan turun menurun. Budaya juga menggambarkan identitas dan jati diri suatu bangsa baik di dunia nyata ataupun di dunia maya. Dalam perkembangannya, budaya menyesuaikan perilaku manusia.
Dari sisi biologis, manusia bisa bertahan hidup sehingga mengahasilkan produk kebudayaan berupa tradisi, kuliner, pernak-pernik, budidaya, dan lainnya antara daerah satu dan daerah lainnya berbeda. Dari segi sosial, produk kebudayaan menghasilkan tata krama, etika, hukum, politik, wejangan, dan lainnya. Manusia ini bisa berkomunikasi secara sosial sehingga tidak terjadi konflik sosial.
Dewasa ini, proses penetrasi budaya dilakukan secara digital. Jangkauan penyebaran budaya pun menjadi lebih luas bahkan hingga mendunia. Ia mengatakan, jangan sampai kita sebagai pengguna digital justru terpengaruh dengan budaya asing. Tugas kita sebagai warga negara harus mempromosikan kebudayaan kita agar semakin terkenal. Kita harus mengisi atau setidaknya mengimbangi informasi budaya kita dengan budaya asing.
“Dengan adanya internet, informasi digital semakin tidak terbendung, tidak jarang pemula menjadi terpengaruh dan mudah percaya pada informasi yang baru, sehingga perilaku dan adat istiadatnya,” jelas Ipan.
Di ruang digital, cara mempromosikan budaya yang bisa dilakukan. Pertama, berkepribadian dengan menggunakan tata krama dalam mengisi atau merespon suatu konten. Ini mencerminkan kita sebagai orang Indonesia memiliki kebudayaan luhur yang bermoral. Kedua, resrektif yaitu menggali potensi budaya Indonesia yang bisa dipromosikan di ruang digital dengan megikuti selera pasar. Ketiga, propaganda dengan membuat konten-konten budaya yang bisa dinikmati secara digital melalui media sosial atau situs-situs. Hal ini mempengaruhi masyarakat untuk belajar, merasa bangga, hingga melestarikan budaya. Keempat, regenerasi budaya kepada generasi baru agar budaya asli Indonesia tidak hilang digantikan oleh budaya asing.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Stefany Anggriani (Makeup Beauty Influencer), Kis Uriel (Storytelling & Self Development Coach), Aaron Daniel O’Brien (Education Influencer), dan Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader.