Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin masif, masyarakat pun seakan semakin bergantung dengan media digital. Seluruh aktivitas sehari-hari dilakukan secara virtual. Tidak masalah dengan itu, justru akan semakin memudahkan dalam menjalani kehidupan di tengah pandemi.
Namun, masyarakat harus tetap berada dalam aturan yang selama ini mereka pegang. Budaya Indonesia yang jangan sampai melupakan karakteristik masyarakat Indonesia.
“Kita dapat membuat filter untuk akun kita, mana saja akun yang kita ikuti. Usahakan juga hanya mengikuti akun-akun yang positif serta apa yang kita sukai. Kemudian jangan lupa untuk berikan kontribusi positif. Buatlah konten-konten edukatif, informatif, hiburan dan apapun yang positif. Sehingga kita bisa menularkan hal yang positif kepada warga digital lainnya,” ungkap Gabriella Jacqueline, Brand Activation Lead at Startup Agritech and Entrepreneur saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Karawang, Jumat (29/10/2021).
Membiasakan diri untuk bijak dalam berkomentar di media sosial. Tentu ini agar tidak mengganggu terhadap apa yang kita bicarakan kan juga upaya dalam melindungi dampak rekam jejak digital. Jangan sampai apa yang sudah kita tinggalkan di ruang digital ini memberikan dampak yang negatif.
Kita masih sering sekali menemukan orang-orang yang berkomentar kasar dan informasi hoaks di ruang digital yang berujung kepada masalah hukum. Padahal kita dapat merancang rekam digital yang baik untuk diri kita sendiri misalkan dengan meninggalkan karya prestasi di berbagai platform digital. Harapannya ketika orang mencari nama kita di internet yang keluar adalah karya-karya kita postingan-postingan kita yang positif yang menginspirasi itu merupakan sebuah catatan yang baik untuk kita.
Lantas bagaimana penerapan literasi digital berbasis kearifan lokal yang sangat relevan bagi kehidupan untuk memperkenalkan budaya sekaligus melestarikannya. Pertama yang dapat kita lakukan adalah membuat sistem informasi yang mudah diakses terkait pengetahuan dan dokumentasi produk kebudayaan.
“Upload konten mengenai kebudayaan Indonesia, tidak perlu jauh-jauh kebudayaan daerah asal kita saja itu sudah akan banyak sekali yang bisa dibahas mulai makanan khasnya, tempat wisata di daerah kita dan keseniannya,” ungkapnya.
Kedua, mengkampanyekan untuk mau menggunakan dan mencintai produk dan destinasi lokal. Jadi memahami perubahan media menjadi sangat penting dilakukan oleh kita semua terutama karena kebudayaan Indonesia yang sangat beragam ini harus kita hargai di ruang digital kita. Misalnya kita punya hobi jalan-jalan ke luar kota kita bisa tempat-tempat Indah kota tersebut lalu kita abadikan lalu kita posting di media sosial kita.
Melalui angle yang tepat lalu edit foto yang membuat pemandangan lebih terlihat menarik atau dramatis ditambah dengan caption yang menggugah orang untuk datang ini akan membuat postingan kita menjadi lebih menarik untuk mempromosikan destinasi lokal sehingga orang mau untuk berkunjung dan membanggakan orang setempat Kita juga bisa membantu perekonomian di daerah tersebut. Ini merupakan salah satu cara untuk menyebarkan konten positif di ruangan kita jika kita punya hobi masak kita bisa membagikan resep masakan atau tutorial cara membuat masakan daerah.
“Hal ini bisa dilakukan karena perputaraninformasi di ruang digital sangat cepat. ditambah sekarang kebiasaan masyarakat Indonesia itu di media sosial sehingga aktivitas memamerkan kebudayaan di media sosial ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mengedukasi dan mempromosikan dan juga kebudayaan Indonesia,” tuturnya.
Jika kita melakukan ini sesuai dengan sila ke-3 persatuan Indonesia dimana nilai utamanya adalah mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Oman Kamaruddin (Ketua RTIK Karawang), Felix Kusmianto (Peneliti SDM), Aat Indriwati Ridwan (psikolog) dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.