Data yang disimpan di ponsel pintar itu justru terkadang jauh lebih mahal daripada harga ponsel itu sendiri. Ari Sasmita factcheck Mafindo mengatakan, karena pada saat kita kehilangan ponsel pintar kita itu bisa jadi jalan masuk untuk mengakses ke jaringan atau perangkat kita yang lainnya.
Bermula jika handphone hilang lalu akunnya bisa diambil alih, jaringan di rumah ketahuan password-nya lalu dipakai secara gratis. Data pribadi itu perlu dilindungi, dulu sekitar tahun 2012 jika terkena virus komputer atau program jahat artinya data hilang dihapuskan.
“Namun sekarang, datanya tidak dihapus tapi justru dicari di perangkat yang menjadi target. Ada tidak di dalam perangkat-perangkat kita itu data pribadi gitu, catatan nomor rekening, password-nya atau informasi-informasi yang sifatnya sensitif lainnya,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (01/11/2021).
Terlebih jika Ransomware, semua data kita masih utuh tidak dihapus tapi dikunci dengan enkripsi tertentu dan jika ingin dibuka harus bayar seperti sandera. Tetapi terkadang beberapa kali kejadian, tetap datanya tidak dapat diserahkan dan untuk melacak pelakunya pun sulit karena jika ingin membuka harus membuka alamat situs tertentu yang terenkripsi. Kemudian bayarnya melalui bitcoin yang sulit untuk melacak siapa penerima uang kita
Semakin tahun, semakin meningkat kejadian dan korban. Berdasarkan, infografis tahun 2018, jumlah korbannya ada ratusan juta. “Bermacam-macam kasus, ada yang namanya ketahuan alamatnya, detil informasi akun bank dan lain-lain. Beragam modus untuk mengambil data pribadi melalui virus memang ini yang paling efektif. Cara menularkan virus ini juga semakin kreatif membuat pengguna tidak menyadari,” ungkapnya.
Kondisi keamanan siber di Indonesia di 2017 itu diperkirakan kerugiannya sebanyak USD 34,2 miliar di 2019. Ada 290,3 juta kasus serangan siber yang itu naik sebanyak 25% dari tahun sebelumnya. Tahun 2018 dan jumlah laporannya ke portal patrolicyber itu ada 4586 kejahatan siber di portal patrolisiber. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi ada kenaikan 88 juta kasus serangan siber terjadi.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Herman Pasha (Senior Trainer), Ricco Antonius (Owner Patris Official), Marheni Saputri (Praktisi Pendidikan), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.