Dalam ekonomi digital bukan hanya produk yang dijual tetapi perhatian dari warga digital. Mengulas mengenai society 5.0, mengingat kembali perjalanan perkembangan peradaban di dunia ini. Kini sedang dihembuskan adalah kita memasuki era society 5.0, bentuknya dan wujudnya seperti apa itu perlu disadari.
Memang masih belum mapan dan terus akan berubah namun sebelum itu terjadi jika kita lihat dari perjalanan teknologi, mulai berkontribusi di revolusi industri selesai di era industri. Kemudian, hukum pertama internet ekonomi dibawa teknologi komputer yang membawa society 4.0 atau disebut dengan abad informasi.
Ririn Dwi Agustin, Wakil Dekan I Fakultas Teknik Universitas Pasundan mengatakan, generasi muda harus sangat waspada karena teknologi komunikasi yang sangat cepat itu membuat perubahan juga berputar cepat. Para generasi sebelumnya belum berpengalaman memahami secara utuh teknologi yang sekarang berkembang untuk diajarkan kepada anak muda. Akhirnya kita bersama-sama menghadapi era sekarang yang kini disebut dengan society 5.0. generasi muda diharapkan belajar lebih cepat dibandingkan dengan yang lebih senior dan tidak perlu mengharapkan pembelajaran karena justru yang lebih berpengalaman adalah mereka yang muda.
“Generasi muda kini harus sudah terbiasa dengan era hiperkompetitif. Kalau kita punya ide kemudian kita jual kita dapat uang. Tapi kita tidak dapat menikmati terlalu lama produk itu laku di pasaran karena ke kliennya merasa itu sudah usang sangat cepat. Sehingga kita dituntut untuk terus menerus menciptakan yang baru,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (03/11/2021).
Sudah hadir di tengah kita society 5.0 tetapi jangan dibayangkan seperti penggunaan robot yang canggih. Hanya untuk situasi dan kondisi tertentu, seperti mengirim paket barang dengan drone itu dibutuhkan untuk daerah Papua. Di Papua jalan tolnya hanya ada di jalur udara karena jalur darat itu sangat sedikit dengan kontur geografis yang tidak memadai. Jadi mungkin untuk Papua pengirim pengiriman paket menggunakan drone dan ahli menggerakkan serta mengawalnya itu justru generasi society 5.0.
Sementara untuk yang lainnya, di Indonesia sudah masuk era society 5.0 meskipun terlihat tidak canggih secara teknis. Misalnya, ada banyak marketplace. Ada terobosan baru dari Grab dan Go-Jek membuat cloud kitchen.
“Kalau kami di IT membuat cloud computing tapi ternyata mereka ada program cloud kitchen. Sebuah terobosan, Indonesia juga sudah dari beberapa tahun lalu mengembangkan Tani Hub. Di Jawa Barat itu pak gubernur juga punya program Tani Muda untuk mengajak anak.muda bertani. Karena isu sekarang adalah ketahanan pangan, generasi muda yang merasa hi-tech itu harus disadarkan pertanian pun juga perlu sentuhan hi-tech. Pahlawan pertama itu di agraria walaupun sudah era industri 5.0 tapi kita tidak pernah tidak bisa lepas dari dari pertanian, supply dasar fisik,” jelasnya.
Kita patut bangga, Indonesia juga bergerak dengan teknologi yang sudah ada dan program literasi digital juga menjadi salah satu agenda dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Salah satu agenda dengan program salah satunya adalah yang dilakukan Kemenkominfo dan Siberkreasi.
Membangun kompetensi transformasi khususnya untuk anak muda yang nantinya menjadi pilar dari generasi emas Indonesia 2045. Tugasnya melakukan transformasi digital, mengantisipasi perubahan kemudian membuat nilai-nilai baru proses bisnis menyesuaikan dengan perubahan masyarakat dan juga hidup. Pasti kedepannya ada persoalan-persoalan tapi persoalan itu bukan untuk ditangisi melainkan harus segera dicari solusinya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Zacky Badruddin (Founder Visquares), Ismita Saputri (Founder Kainzen Room), Muh. Nurfajar Muharram (Relawan TIK Indonesia), dan Gabriela Citra sebagai Key Opinion Leader.