Penggunaan media sosial atau atau komunikasi menjadi salah satu kecakapan digital yang kini harus dimiliki pengguna internet. Media digital yang kini tengah hits antara lain, TikTok, Instagram, Facebook dan Twitter.
Bentuk percakapan dalam penggunaan aplikasi media sosial dan komunikasi ini dalam yaitu memperhatikan etika. Indah Febiayanti, guru SMPN 14 Depok menjelaskan, Jangan dilupakan, bukan hanya pintar membuat video menarik saja di TikTok atau Reels Instagram namun mampu berperilaku sesuai etika. Sebab, bagaimanapun juga lawan interaksi di ruang digital adalah manusia, kita wajib menghargai setiap perbedaan, menghargai psikologis dan perasaannya.
Pro aktif mencari informasi mengenai aplikasi tersebut termasuk soal kelebihannya. Kita harus mengetahui apa manfaat TikTok Apakah hanya sekadar aplikasi video singkat yang menampilkan orang yang joget-joget saja?
“Ternyata lebih dari itu, TikTok dapat menjadi sarana promosi karena filter dan editing yang menarik terdapat dari fitur-fitur di TikTok. Kemudian, jika rajin memposting sebuah tema di Instagram misalnya mengenai kecantikan dan perawatan wajah. Kita bisa saja menjadi beauty influencer, seiring dengan pengalaman yang kita bagikan mampu mempengaruhi orang,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021).
Gunakan media sosial untuk menambah teman, jaringan silaturahim juga berbisnis. Kita dapat menjual produk atau jasa dan mempromosikannya di media digital. Bukan hanya itu pada platform ini kita pun dapat berdiskusi dan melakukan hal-hal yang bermanfaat lainnya. Kita di media sosial mampu berkumpul dengan orang-orang dengan satu hobi, contoh minat yang sama.
Dari hal apapun misalnya memasak hingga menyukai klub bola tertentu. Dengan kita berkumpul bersama orang-orang yang satu visi misi diharapkan kita juga membagikan hal-hal positif yang berkaitan dengan hobi atau kesukaan kita tersebut.
Media sosial juga menjadi peluang bagi para kreator konten untuk berkreasi. Kreator konten sekarang sudah menjadi sebuah cita-cita generasi muda saat ini. Ketika mereka memiliki sebuah keahlian mereka dapat memaksimalkannya di media sosial.
“Contohnya mereka memiliki bakat menyanyi, menari, menggambar atau berkreasi lainnya itu semua dapat dikemas dalam bentuk sebuah konten di media digital. Mulai dari foto hingga video dan cerita yang dapat menggugah orang untuk juga mengerti akan konten yang kita sajikan tersebut,” jelasnya.
Namun untuk menjadi Content Creator tidak harus memiliki bakat spesial untuk ditunjukkan. Jiwa kreativitas dalam mengedit video atau public speaking yang menarik juga dapat membuat konten yang menarik. Hanya bermodalkan makan saja kita sudah melihat ada seorang anak di sebuah daerah di Jawa Tengah menjadi kreator konten. Hanya sederhana anak tersebut maka dengan cara yang berbeda dengan logat Jawanya yang khas dia menceritakan. Bagaimana rasa makanan tersebut dengan ciri khasnya.
Tidak ayal, akibat keunikannya walaupun hanya menampilkan dia makan dan membawakannya dengan menarik video yang dia buat ditonton banyak orang. Kini dia menjelma menjadi seorang kreator konten. Maka, tidak perlu berkecil hati jika tidak memiliki bakat seni atau ide kreativitas yang patut kita lakukan adalah konsisten dalam membuat konten dan membuat konten yang positif dan tidak merugikan orang lain.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Toni Hidayat (guru SMAN 6 Kota Bandung, Ety Kuswandarini (Kepala Sekolah SMPN 33 Depok), Sugiharti (Instruktur Virtual Coordinator Jawa Barat), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.