Etika tradisional merupakan sebuah kesadaran untuk melakukan apa yang pantas dan tidak pantas menyangkut sikap dan perilaku dalam bermasyarakat. Sedangkan dalam perkembangan teknologi informasi juga dikenal dengan etika kontemporer, etika elektronik, tata cara kebiasaan dan budaya yang berkembang karena kemajuan teknologi yang memungkinkan pertemuan budaya secara luas dan global.
Kita ketahui juga informasi yang bersumber mungkin datang dari berbagai bangsa sehingga perlu disadari kita harus dapat menyaring berbagai informasi. Sehingga informasi yang baik saja yang harus kita.
Iwan Ridwan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Manojaya mengungkapkan, dalam menjalani etika digital harus melakukan kesadaran atau memiliki tujuan dalam menggunakan media digital. Jadi apa yang kita sampaikan, informasi harus dengan sadar, sebab seringkali pengguna melakukan sesuatu tanpa disadari. Contoh, pada saat sedang kesal lari ke media digital untuk mengumpat orang. Kita harus dalam keadaan sadar untuk memposting informasi-informasi di ruang digital.
Selanjutnya, integritas yaitu kejujuran kita, dalam media digital terkadang berpotensi untuk memanipulasi atau membuat pengguna untuk tidak jujur. “Banyak konsep atau informasi-informasi yang tidak benar sehingga apa yang dilakukan tentu ini harus dapat dipertanggungjawabkan dan ini merupakan satu konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan akibat dari suatu tindakan,” jelasnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (17/11/2021).
Kemudian kita harus selalu berbuat menyangkut manfaatnya bagi pengguna media digital. Karena kita ketahui dalam media digital ini ada dampak positif atau juga dampak negatif. Etis bermedia etika bermedia, kita dapar menyadari komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan juga batas-batas budaya.
Di mana kita ketahui geografis dan budaya memiliki batas yang berbeda karena pada dasarnya setiap bangsa atau juga negara bahkan wilayah memiliki etika tersendiri yang merupakan karakteristik. Dapat dibedakan dengan yang lainnya atau dengan budaya-budaya karena kita harus pandai-pandai memilah memilih informasi.
Dalam soal etika warganet mampu meningkatkan pengetahuan mengenai informasi yang mengandung ujaran kebencian, pornografi, perundungan dan konten negatif lainnya. Dari situ, kita harus mengetahui jenis informasi konten negatif itu.
“Kita harus memahami ketika terjadi pembuat atau penyebaran informasi seperti ujaran kebencian kemudian juga perundangan dan konten negatif lainnya kita akan berhadapan hukum yaitu undang-undang ITE,” tambahnya.
Kemudian, pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dengan kaidah etika dan peraturan yang berlaku. Kita ketahui bahwa cara berinteraksi berpartisipasi dan kolaborasi di ruang digital sesuai dengan peraturan yang berlaku memahami ragam peraturan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ridho Wibowo (Instruktur Virtual Coordinator Training Jawa Barat), Riri Narasati (dosen STMIK IKMI Cirebon), Tuahta Hasiholan (Instruktur Edukasi4ID), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.
