Sudah banyakkah yang sadar apa yang kita cari di dunia digital, apa yang kita like di konten orang, bahkan setiap komentar pada unggahan orang itu terekam dan itulah memang menjadi rekam jejak digital kita.
Jejak digital sendiri ialah data atau informasi yang diunggah secara sengaja oleh seseorang di dunia maya. Contohnya segala sesuatu yang di-posting di platform dunia maya seperti blog, website dan yang biasa dilakukan oleh pengguna internet seringnya adalah di media sosial.
Menurut Dasep Purnama, Instruktur Edukasi4ID, rekam jejak digital ini juga sangat berdampak bagi kepentingan seseorang. Tentunya jejak digital yang positif, diperlukan saat ingin mencari beasiswa, pekerjaan atau untuk promosi usaha. Sebab, kini banyak orang-orang yang memang berkegiatan di dunia internet menggunakan internet sebagai media untuk mempromosikan diri sendiri.
Ada dua sisi rekam jejak digital, sisi pertama adalah penyalahgunaan dari jejak digital. “Mempublikasikan Informasi pribadi yang mengarah ke penindasan atau pelecehan daring. Menerbitkan atau berbagai informasi yang merusak reputasi seperti kehilangan pekerjaan ini adalah penyalahgunaan jejak digital yang dilakukan oleh orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu biasanya ini di dunia politik,” ungkap Dasep dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/11/2021).
Ada juga pemanfaatan jejak digital, kita dapat merancang jejak digital yang baik. Caranya dengan meninggalkan catatan karya prestasi di platform digital. Jadi ketika kita mungkin memiliki satu bakat lalu kita terus terus asah, hasilkan dapat dipublikasikan. Sehingga orang lain akan banyak yang tahu. Bisa jadi ada yang memang membutuhkan, membuat kita mendapatkan pekerjaan, semuanitu buah dari apa yang kita publikasikan di media sosial.
Dasep juga memberi tips, cara merawat jejak digital, cari tahu jejak digital kita dengan melakukan pencarian nama diri kita sendiri di Google. Lalu kita analisa, kita lihat satu persatu secara teliti mana dari jejak digital itu yang kurang baik. Mungkin sewaktu kita masih muda masih labil ada perkataan kita yang tidak enak dilihat. Selagi belum banyak yang menyadari dan juga mungkin tidak ada yang tahu dan tidak ada yang menangkap layar lebih baik segera kita hapus.
Selanjutnya tentu kita tidak perlu mengulangi hal yang seperti itu. Kita dapat lebih bijak untuk berkomentar. Jangan lupa untuk mengatur privasi di media sosial kita sesuai dengan target unggahan konten atau foto.
Media sosial juga mempunyai fitur apakah akan mempublikasikan foto untuk diri kita saja, atau publik atau hanya teman-teman kita saja semua bisa kita atur.
“Posting hal-hal yang positif ini terkait dengan branding diri kita kita ingin dikenal sebagai siapa dan apa yang ingin orang pikirkan terhadap kita,” tambahnya.
Terkait dengan akun, biasanya kita lengah terhadap password yang kita gunakan di media sosial padahal kita sudah mengatur privasi foto dan sebagainya. Tapi tetap saja ada foto yang bukan untuk publik. Maka dari itu lebih baik kita hapus aplikasi yang tidak terpakai agar kalau ada virus yang masuk ke dalam aplikasi itu tidak menyebarkan konten yang ada di aplikasi itu.
Selalu update sistem operasi dan antivirus untuk melindungi perangkat kita dari Malware yang bisa masuk. Juga dalam aplikasi sehingga bisa membocorkan hal-hal yang sudah kita setting privat di media sosial kita.
Gunakan kombinasi yang kuat untuk kata sandi dan bedakan kata sandi satu media sosial dan media sosial lainnya. Tujuannya agar ketika salah satu mungkin kena hack media sosial lain tidak bisa dibobol. Gunakan juga akun berbeda untuk berbagai keperluan seperti pekerjaan, pendidikan, belanja, dan lainnya.
Para pengguna media sosial harus mengingat apapun yang sudah dibagikan di dunia internet akan tetap tinggal di sana meskipun kita sudah menghapus. Sebab bisa saja ada orang yang sudah menangkap layar jejak digital kita sehingga bisa menjadi bukti Kita pernah berkata apa di di platform digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Chairi Ibrahim (CEO TMP Event), Sugiarti (instruktur Edukasi4ID), Ega Permana (SMAN 1 Cipatat), dan Martin Kax sebagai Key Opinion Leader.