– Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengingatkan dampak jangka menengah dan panjang dari konflik Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia, yakni salah satunya kepada konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Rusia dan Ukraina merupakan dua produsen utama gandum yang terkenal sangat murah dan kompetitif sebagai bahan untuk pembuatan mi instan dan roti, sehingga saat berkonflik pasokan gandum akan terhambat dan meningkatkan harga.
“Kalau masyarakat mengeluarkan uang lebih banyak untuk roti dan mi instan maka pengeluaran untuk barang lain berkurang. Jadi akan pengaruhi masyarakat menengah ke bawah yang memiliki porsi pengeluaran untuk makanan lebih besar dari pendapatannya,” kata Satria di Jakarta, Rabu.
Jika kedua negara terus berkonflik, maka pasokan gandum akan terhambat dan mau tidak mau impor gandum harus dilakukan dari negara lain seperti India, Argentina, maupun Australia.
Namun, ia menyebutkan harga gandum di negara-negara tersebut cenderung lebih mahal, sehingga pada akhirnya juga akan menjadi salah satu penyebab lain peningkatan inflasi domestik dan mempengaruhi konsumsi rumah tangga.
Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina dalam jangka menengah panjang akan turut mempengaruhi iklim investasi negara berkembang, termasuk Indonesia, meski secara temporer.
“Investor akan cenderung mengalihkan dana ke aset aman seperti dolar AS karena kekhawatiran akan konflik,” ujarnya.
Sejauh ini, Satria menyampaikan dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian tanah air memang masih terbatas, seperti terhambatnya ekspor kelapa sawit dengan kedua negara.
Kendati demikian, diharapkan pemerintah bisa membuat stimulus ekonomi yang lebih menyasar target dalam menghadapi dampak konflik Rusia dan Ukraina, serta mempersiapkan kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga komoditas.