Pendirian PalmCo dianggap sebagai kesempatan emas bagi PTPN Group untuk menghidupkan kembali lahan-lahan sawit yang belum teroptimalkan. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dradjad Wibowo, seorang Ekonom Senior dan Pendiri INDEF, menjelaskan bahwa merger unit bisnis sawit dari anak usaha PTPN Group menjadi momen penting untuk mengidentifikasi semua aset, termasuk melakukan verifikasi terhadap lahan-lahan yang dapat dioptimalkan.
“Melalui penggabungan ini, secara otomatis akan terjadi pencatatan aset-aset yang ada. Setiap aset akan diperiksa dengan seksama. Jadi, PalmCo sebenarnya adalah pintu masuk untuk proses ini. Merger ini seharusnya menjadi momen berharga untuk membersihkan dan meningkatkan efisiensi,” ujar Dradjad Wibowo di Jakarta.
Tidak hanya itu, rencana penambahan modal juga sedang dipertimbangkan. Kehadiran PalmCo akan menjadi peluang bagi investor untuk melakukan due diligence atau aktivitas investigasi terhadap riwayat keuangan perusahaan. Seperti yang diketahui, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI, dan XIII direncanakan akan bergabung ke dalam PTPN IV untuk membentuk Sub Holding yang dinamakan PalmCo, fokus pada bisnis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk-produk turunannya.
Setelah merger unit bisnis sawit dari empat anak usaha PTPN Group, PalmCo akan memiliki lahan sawit seluas 500.000 hektar. Namun, menurut data PTPN Group, masih ada sekitar 200.000 hektar lahan yang dapat dioptimalkan. Dradjad Wibowo menjelaskan bahwa penggunaan lahan secara maksimal adalah masalah yang perlu segera diatasi oleh BUMN dengan lahan luas. Ia meyakini bahwa merger dan akuisisi adalah cara efektif untuk mengatasi masalah ini.
Namun, Dradjad Wibowo juga memberi peringatan bahwa merger dan akuisisi perusahaan milik negara dapat membawa risiko masuknya kepentingan politik yang tidak relevan dengan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, dia mendesak agar PalmCo dikelola oleh profesional yang kompeten. Ini akan membantu mencapai target Pemerintah untuk menjadikan PalmCo sebagai perusahaan yang menguntungkan dan memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat.
Terkait rencana PalmCo untuk melepas sebagian sahamnya melalui IPO, Dradjat menyambut baik langkah ini karena dapat membantu meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan. Namun, dia menyarankan agar jumlah saham yang dilepas tidak terlalu besar, sekitar 20% sesuai dengan kebutuhan modal tambahan. Hal ini akan memastikan bahwa pemerintah tetap memiliki kendali karena lahan PalmCo sangat luas dan memiliki strategis yang penting.