Pemerintah bersama para pemangku kepentingan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) guna membahas ketersediaan bahan pokok, termasuk daging ayam ras, menjelang bulan Ramadan dan Lebaran. Dalam rapat yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan ini, hadir pula perwakilan dari kementerian, badan terkait, serta pelaku usaha perunggasan. Fokus utama diskusi adalah memastikan stabilitas harga dan ketersediaan daging ayam agar masyarakat tidak terbebani lonjakan harga saat permintaan meningkat tajam.
Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk menjaga harga tetap stabil, baik di tingkat produsen maupun konsumen. Jika memungkinkan, harga tidak boleh melampaui Harga Acuan (HA) yang telah ditetapkan pemerintah. Upaya ini dinilai krusial untuk menjaga keseimbangan pasar dan melindungi daya beli masyarakat yang biasanya meningkat saat momen-momen besar seperti Ramadan dan Lebaran.
Guna mengendalikan harga, pemerintah memperkuat sinergi dengan pelaku usaha melalui berbagai strategi, termasuk pelaksanaan Operasi Pasar (OP). Program ini mencakup penyerapan dan penyaluran stok ayam yang tersedia, serta langkah-langkah lain yang bertujuan menstabilkan pasokan di seluruh daerah. Sejarah mencatat bahwa setiap kali Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) tiba, lonjakan permintaan terhadap daging ayam selalu terjadi, sehingga langkah antisipatif perlu dilakukan sejak dini.
“Kami mendukung penuh Operasi Pasar guna menstabilkan harga baik di tingkat peternak maupun konsumen. Selain itu, Kemendag terus memfasilitasi kerja sama antara peternak dan pelaku usaha agar distribusi daging ayam dapat berjalan lancar dan pasokan tetap aman,” ujar Budi. Dia juga menambahkan bahwa keseimbangan antara produksi dan permintaan harus dijaga agar tidak terjadi ketimpangan yang berujung pada kelangkaan atau kenaikan harga yang tidak wajar.
Sementara itu, Menko Pangan Zulkifli Hasan berharap tidak ada gejolak harga daging ayam selama periode Ramadan dan Lebaran tahun ini. Oleh karena itu, ia meminta pelaku usaha unggas untuk menambah suplai daging ayam di pasar agar tidak terjadi kelangkaan. “Kita ingin semua pihak mendapat keuntungan yang wajar. Yang paling penting adalah stok tersedia dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Jika memungkinkan, suplai pasar ditingkatkan dengan harga yang tetap di bawah HA,” tegasnya.
Dalam Rakor ini, para pelaku usaha perunggasan, baik yang berskala UMKM maupun perusahaan besar, menyatakan kesiapan mereka untuk mendukung pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan ayam ras. Berdasarkan laporan yang disampaikan, stok daging ayam ras diperkirakan mencukupi untuk memenuhi lonjakan permintaan yang diperkirakan akan terjadi selama bulan puasa dan perayaan Lebaran.
Saat ini, harga rata-rata daging ayam ras di tingkat konsumen nasional tercatat sekitar Rp39.100/kg per Maret 2025, mengalami kenaikan 1,56 persen dari bulan sebelumnya, namun masih berada di bawah HA sebesar Rp40.000/kg. Beberapa daerah mulai mengalami kenaikan harga, dengan Gorontalo mencatat lonjakan tertinggi secara bulanan, sementara Jakarta mengalami kenaikan tertinggi secara mingguan. Sementara itu, stok nasional daging ayam ras berada di angka 507 ribu ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1,5 bulan ke depan. Dengan berbagai langkah strategis ini, diharapkan pasokan tetap aman dan harga tetap terkendali hingga Lebaran tiba.