Indonesia menghadapi tantangan besar dalam modernisasi dan ekspansi kilang minyak guna menekan biaya produksi BBM serta meningkatkan efisiensi energi. Menurut Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman, permasalahan utama dalam pengembangan kilang bukan hanya terkait teknologi, tetapi juga faktor geopolitik yang berpengaruh pada percepatan investasi.
“Geopolitik sangat menentukan cepat atau lambatnya investasi dapat direalisasikan. Selain itu, pengembangan kilang membutuhkan dana besar serta kerja sama dengan mitra dalam dan luar negeri,” ujar Taufik
Ia menjelaskan bahwa Indonesia menargetkan peningkatan kapasitas pengolahan minyak hingga 1,4 juta barrel per hari melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) serta pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/GRR). Namun, proyek ini menghadapi kendala besar, termasuk kerja sama internasional yang belum terealisasi, seperti proyek GRR Tuban yang masih tertunda.
Untuk mempercepat pengembangan kilang, KPI membuka peluang bagi Foreign Direct Investment (FDI) guna menarik investor asing untuk mendanai serta membawa teknologi baru ke dalam negeri. “Investasi asing sangat penting mengingat keterbatasan sumber daya minyak dalam negeri. Jika dilakukan dengan strategi yang tepat, produksi kilang bisa memenuhi kebutuhan domestik, sementara investor mendapat kepastian pasokan minyak mentah dalam rantai pasok global mereka,” jelas Taufik.
Selain pendanaan, fleksibilitas kilang dalam mengolah berbagai jenis minyak mentah juga menjadi faktor penting untuk menarik minat investor. Sejumlah kilang tua di Indonesia, seperti Kilang Plaju yang sudah beroperasi sejak 1907, mengalami peningkatan biaya operasional akibat berkurangnya pasokan minyak lokal serta naiknya biaya logistik.
Oleh karena itu, modernisasi kilang menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. “Kilang lama itu ibarat mobil tua yang boros bahan bakar, sementara kilang modern lebih hemat energi karena menggunakan teknologi otomatisasi. Jika tidak ada investasi dalam efisiensi, harga BBM sulit untuk ditekan,” ungkapnya.
Dengan berbagai tantangan yang ada, investasi dalam sektor kilang menjadi faktor kunci bagi ketahanan energi Indonesia. Melalui inovasi dan kerja sama strategis, diharapkan pengolahan minyak dalam negeri dapat terus berkembang guna mengurangi ketergantungan pada impor energi.