Kelangkaan beras medium dan premium di sejumlah pasar ritel modern menimbulkan keresahan masyarakat. Ibu rumah tangga hingga pedagang kecil mengaku kesulitan mendapatkan beras dengan harga normal, padahal komoditas ini merupakan kebutuhan pokok utama.
Siti Maryam (42), warga Depok, mempertanyakan langkah pemerintah dalam mengatasi masalah ini. “Harusnya Menteri Perdagangan atau Bapanas yang turun tangan. Kenapa selalu Menteri Pertanian yang repot, padahal tugasnya lebih ke produksi? Polisi juga kok diam saja, sementara rakyat makin susah,” ujarnya.
Ratna Dewi (37), warga Bekasi, mengeluhkan pengeluaran rumah tangganya meningkat karena hanya tersedia beras kemasan kecil dengan harga lebih mahal. “Biasanya saya beli lima kilo, sekarang kosong. Adanya cuma yang kecil-kecil dan harganya tinggi. Saya heran, kok pemerintah diam saja?” katanya.
Pedagang kecil pun terdampak. Nurhayati (50), penjual nasi uduk di Jakarta Timur, mengaku kesulitan mendapatkan beras karungan dengan harga wajar. “Kalau pun ada, harganya naik. Saya terpaksa mengurangi porsi dagangan. Kalau terus begini, warung kecil seperti saya bisa gulung tikar,” keluhnya.
Masyarakat menilai kelangkaan ini tidak wajar karena Indonesia sebenarnya memiliki stok cukup. Mereka menduga ada permainan di tingkat distribusi dan perdagangan yang menyebabkan beras hilang di pasaran. “Kalau stok ada tapi di pasar kosong, pasti ada yang main. Pemerintah jangan diam. Rakyat butuh kepastian,” kata Ratna.
Situasi ini memperlihatkan keresahan publik semakin meluas, terutama ketika kebutuhan dapur sehari-hari terganggu. Warga menekankan bahwa persoalan beras bukan hanya masalah ekonomi, tetapi menyangkut stabilitas sosial.
Mereka berharap Presiden Prabowo Subianto memberi perhatian serius terhadap kelangkaan ini. Selain itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga didesak untuk mengusut dugaan permainan harga dan distribusi.
“Pemerintah harus hadir dan bertindak tegas. Jangan sampai urusan dapur rakyat dikorbankan demi kepentingan segelintir orang,” tegas Siti Maryam.