Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan perusahaan pembiayaan PT. Sarana Multigriya Financial (SMF) untuk mengembangkan skema pembiayaan bagi pengembangan homestay dan desa wisata di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP).
Penandatangan kerjasama ini dilakukan oleh Asisten Deputi Investasi Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Henky Manurung dan Direktur Manajemen Risiko dan Operasional SMF, Trisnadi Yulrisman, di Kantor Kementerian Pariwisata Jakarta, Rabu (10/7).
Kerjasama ini sebenarnya sebagai bentuk kelanjutan dari nota kesepahaman antara Kemenpar dengan SMF, pada tahun lalu. Dimana dalam perjanjian kerja sama ini melingkupi 5 hal yaitu, pertama fasilitas dan koordinasi terkait dengan kebijakan yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan pembiayaan pembangunan homestay di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.
Henky Manurung menjelaskan, dalam kerja sama ini SMF berperan sebagai pemberi pembiayaan homestay kepada masyarakat di desa atau lokasi wisata melalui Lembaga Penyalur dan Pemberdayaan Lembaga Penyalur pada area DPP.
“SMF berkoordinasi dengan Kemenpar melalui Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata, melakukan pendampingan kepada Lembaga Penyalur dalam rangka capacity building dan peningkatan peran serta masyarakat setempat,” kata Hengky dalam rilis tertulis yang diterima oleh infobisnis.
Direktur Manajemen Risiko dan Operasional SMF, Trisnadi Yulrisman, mengatakan program pembiayaan homestay diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan.
“Sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik, tercipta lapangan kerja, sekaligus meningkatkan pertumbuhan sektor pariwisata di wilayah homestay,” katanya.
Sementara itu menurut Anneke Prasyanti, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Kemenpar, kerja sama ini diharapkan bisa menjadi terobosan bahwa alokasi pendanaan dapat mendukung Homestay Desa Wisata yang kriterianya sesuai dengan aset lokal dan arsitektur nusantara.
“Sebelum diberikan bantuan, ada proses verifikasi dan survei. Setelah lokus dipilih, dilakukan sosialisasi pengembangan Homestay yang baik, disesuaikan dengan konteks budayanya masing-masing. Kami juga menyiapkan buku panduan untuk dipelajari masyarakat setempat” ujarnya.