Bali – Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono kembali menyelenggarakan talkshow #DengarYangMuda seri ke-16 di Sanur, Bali yang terinspirasi oleh pergerakan progresif masyarakat di pulau Bali lewat visi serta aksi nyata untuk menjadikan Bali sebagai wilayah terdepan dalam isu penanganan sampah.
Sebagai keynote speaker, Diaz Hendropriyono, Staf Khusus Presiden, menegaskan bahwa permasalahan sampah dapat menghambat Indonesia untuk mencapai cita-cita pendiri bangsa menjadi bangsa yang maju.
“Permasalahan sampah berdampak tidak hanya kepada isu kesehatan, pariwisata dan perekonomian tetapi juga harga diri kita sebagai sebuah bangsa, untuk itu lah #DengarYangMuda ingin mendengar dari pemuda Bali bagaimana mereka menangani isu sampah agar bisa ditiru oleh kota-kota lain, ” ujar Diaz Hendro Priyono, Rabu (15/8).

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, dalam kata sambutannya menjelaskan bahwa meskipun keluhan dari masyarakat sudah banyak namun pemerintah tidak bisa terburu-buru karena pengelolaan sampah membutuhkan pembangunan ekosistem sehingga pengelolaan sampah dapat berkelanjutan. Kota Denpasar sendiri telah berhasil menurunkan penggunaan kantong plastik hingga 99,60% dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Acara Talkshow diisi oleh 4 narasumber, yaitu (1) Komang Sudiarta – Komunitas Malu Dong; (2) Pande Gede Bayu Antariksa – Pengusaha Pariwisata; (3) Jeff Kristianto – BEDO, dan (4) I Gde Ngurah Widiadnyana – Somia Design. Acara kemudian dilanjutkan dengan Bazaar dan pameran UMKM binaan, Workshop Upcycling dan presentasi peserta olah limbah kreasi atau Olikasi
Dalam penyelenggaraan #DengarYangMuda ke-16 ini, Diaz Hendropriyono bersama dengan Bali Export Development Organization (BEDO) sebuah lembaga swadaya masyarakat di Bali, dan 100 pelaku UMKM asal Bali, dan Komunitas-komunitas pemuda Bali yang bergabung dalam acara kali ini, terus mendorong peluang pemanfaatan sampah, khususnya sampah plastik agar tidak mencemari lingkungan dan dapat menjadi produk bernilai ekonomi tinggi lewat inovasi dan kreatifitas.
Komunitas Yang Hadir, antara lain: Bargengster Bali, Dongki Bali, BEDO, Trashstock, Rahwana Bali, Laskar Bali, Triupcycle, Malu Dong, UKM Trend Tabanan, SarangLebah, Duakala, Yayasan Lengis Hijau, JCI Bali, HIMKI Bali.
Pande Gede Bayu Antariksa, Pengusaha Pariwisata menjelaskan, Sampah yang banyak dipantai sangat berdampak bagi usaha. Mindset seharusnya diubah, karena semua sampah yang dibuang sembarangan akan berakhir di Pantai.
Jeff Kristianto perwakilan BEDO menambahkan, organisasinya fokus bagaimana mengelola limbah dari sisi ekonomi kreatif. Salah satunya adalah dari segi tekstil karena Bali sangat dikenal dari produk Tekstilnya.
Kata Jeff, BEDO mendorong UMKM bagaimana menjalankan usaha agar minim limbah, ataupun bagaimana limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku bagi ukm lain.
BEDO adalah Lembaga swadaya masyarakat di bidang pengembangan UMKM yang memfasilitasi serta mengatur program pengembangan kapasitas UKM yang didukung oleh berbagai organisasi nasional dan internasional seperti Ditjen PEN, APINDO, CBI, PUM & ILO. Melalui kemitraan kami dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Kerjasama dan UMKM.
Komang Sudiarta dari Komunitas Malu Dong, menambahkan, mindset setiap orang dalam memperhatikan lingkungan tergantung dari individu masing-masing dalam memperhatikan isu tersebut. “Kami menyebarkan midnset bahwa semua masalah tidak ada tantangannya asal serius,”katanya.
Malu dong berdiri dari 2009 dengan tujuan utama mengetuk hati mereka apa masih ada kepedulian terhadap itu. Masalahnya saat di sekolah, di pedalaman bahkan tong sampah saja tidak ada bagaimana masyarakat mau belajar memilah sampah.
Malu dong dibangun untuk mengingatkan dan menyadarkan kembali bgmn membuang sampah yang benar, dari hal yang paling dasar, sebelum menerapkan konsep lainnya
I Gde Ngurah Widiadnyana, perwakilan Somia Design,menambahkan, Somia design menggunakan material recycle. Sampai finishing materialnya pun yang bisa kembali ke alam, mendesain bukan hanya memikirkan estetikanya juga tetapi bagaimana mewujudkan karya seni yang tidak berdampak buruk bagi lingkungan juga bagaimana mengubah mindset masyarakat bahwa membangun dengan menggunakan bahan recycle juga dapat kokoh dan bagus.
Tentang #DengarYangMuda
Dengar Yang Muda adalah sebuah medium komunikasi yang sudah dilaksanakan selama 16 kali di berbagai ruang publik di seluruh Indonesia ini dilakukan untuk merangkul dan memahami perilaku kalangan milenial serta masyarakat umum saat ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pendekatan yang paling efektif sekaligus melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi kebijakan dan kinerja Presiden RI. Pendekatan yang efektif ini penting untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat khususnya kalangan milenial terhadap isu-isu pemerintahan, sosial, dan juga politik.
Riza/PR