Bank Indonesia (BI) mengatakan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global ditambah banyaknya demonstrasi di Tanah Air dalam beberapa hari terakhir menambah kegelisahan di pasar finansial domestik, termasuk memperlemah nilai tukar rupiah hingga ke Rp14.315 per dolar AS.
“Faktor gabungan pada global, dan kita tahu juga ada sorotan domestik tentang demonstrasi yang kita lihat dua hari terakhir ini masih terus berlangsung. Itu tentunya menimbulkan jittery (kegelisahan),” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu.
Pada Rabu ini, di pasar spot, kurs rupiah bergerak di Rp14.200-Rp14.155 per dolar AS, dan ditutup di Rp14.151 per dolar AS atau melemah 38 poin (0,27 persen) dibanding penutupan Selasa (24/9).
Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, ujar Destry Damayanti, disebabkan eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung mereda, dan juga merebaknya wacana-wacana pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
Hal tersebut semakin membuat suram iklim pasar keuangan global, tercermin dari parameter imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang tiba-tiba anjlok dari 1,7 persen dalam sekejap karena adanya pelarian arus modal dari AS.
“Kami melihat ketidakpastian di global makin tinggi,” ujar Destry Damayanti.
Tekanan dari ekonomi global itu juga ditambah dengan instabilitas politik dan keamanan di domestik karena banyaknya demonstrasi di Tanah Air.
“Kami cek rupiahnya agak sedikit melemah hari ini, rupiah berada di level Rp14.135 per dolar AS, padahal kemarin-kemarin rupiah berada di level di bawah Rp14.100 sekitar, Rp14.080, bahkan dua pekan yang lalu sempat berada di level Rp13.900 per dolar AS,” ujar Destry Damayanti.
Untuk mengantisipasi tekanan pasar keuangan yang semakin meninggi, lanjut dia, upaya bisa dilakukan dengan memperdalam pasar keuangan. Saat ini fundamental ekonomi domestik masih terjaga. Jika pasar keuangan semakin dalam dan fundamental ekonomi terjaga, maka Indonesia bisa menjadi sasaran masuknya arus modal asing ketika negara-negara lain dilanda ketidakpastian.
“Tentunya kita berharap kalau pasar uang semakin dalam, tentunya gejolak itu bisa diminimalisir. Itu yang kita harapkan,” ujar Destry Damayanti.
Upaya memperdalam pasar keuangan itu bisa dilakukan dengan mencipatakan koridor dan tata kelola yang baik di pasar finansial untuk penerbitan berbagai instrumen keuangan, seperti Surat Berharga Komersial.
Nona Khaira /ANT