Gojek, pemimpin layanan on-demand di Indonesia, hari ini menjadi layanan on-demand pertama di Indonesia yang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam menghadirkan layanan yang aman bagi perempuan dan ramah anak. Bekerja sama dengan KPPPA, Gojek terus menghadirkan keamanan dan keselamatan bagi seluruh penggunanya melalui inovasi teknologi, edukasi dan pelatihan, serta penanganan yang sigap. Kerja sama Gojek dan KPPPA juga meliputi bidang pemberdayaan perempuan Indonesia melalui pelatihan berbisnis dengan pemanfaatan teknologi.
Shinto Nugroho – Chief Public Policy and Government Relations Gojek mengatakan, “Sejak awal Gojek berdiri, kami selalu mengedepankan keselamatan dan keamanan dan memprioritaskan pemberdayaan perempuan. Sebagai platform teknologi, Gojek telah membantu membuka akses bagi jutaan perempuan Indonesia untuk berperan aktif dalam ekonomi digital, baik sebagai pelanggan, mitra, merchant, maupun penyedia jasa. Kesamaan visi inilah yang mendasari kolaborasi Gojek dengan KPPPA untuk semakin mengukuhkan komitmen tersebut.”
Yohana Yembise – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan, “Kami mengapresiasi langkah Gojek sebagai pelopor dan pemimpin yang meningkatkan standar pada keamanan dan keselamatan bagi perempuan dan anak, serta pemberdayaan di industri teknologi on-demand. Terbukanya akses bagi perempuan untuk dapat dengan mudah memanfaatkan teknologi guna mendapatkan penghasilan, berkarya, serta meningkatkan keterampilan dan produktivitas tentu membantu pertumbuhan ekonomi negara kita. Sementara itu, dengan layanan Gojek yang aman, akan ada lebih banyak ruang publik yang semakin ramah bagi perempuan dan anak.”
Sejak diluncurkan di 2015, Gojek terus mengedepankan pendekatan yang holistik dalam menghadirkan keselamatan dan keamanan di seluruh ekosistemnya. Pendekatan ini diterjemahkan pada Tiga Pilar Keamanan di setiap lini layanan Gojek, yakni Pencegahan, Perlindungan serta Penanganan yang sigap dan responsif. Gojek juga bermitra dengan pihak dan pakar lainnya yang andal di bidangnya masing-masing dalam menjalankan Tiga Pilar Keamanan ini, seperti KPPPA. Kerja sama dengan KPPPA akan difokuskan untuk memperkuat pilar pencegahan dan perlindungan melalui edukasi bagi mitra dan karyawan Gojek, yang bertujuan untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di ekosistem Gojek.
Sebagai catatan, di tahun 2019 Gojek juga meluncurkan beberapa program dan inisiatif lainnya yang berfokus pada keamanan dan keselamatan, khususnya edukasi pencegahan anti-kekerasan seksual bagi para mitra dengan organisasi internasional Hollaback!; pengembangan fitur Emergency Button (Tombol Darurat)dan fitur Share My Trip (Bagikan Perjalanan) pada aplikasi Gojek; dan perlindungan asuransi perjalanan dengan Jasa Raharja.
Untuk mengukuhkan ekosistemnya, Gojek juga terus bekerja sama dengan berbagai pihak yang ahli di bidang keamanan dan keselamatan, termasuk dengan Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korlantas Polri) untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas; kerja sama dengan Queenrides dalam mengadakan safety riding workshop khusus bagi mitra driver perempuan;serta kerja sama dengan Yayasan Pulih dan LBH Apik dalam hal pendampingan dan bantuan hukum.
Gojek dan KPPPA Berdayakan Perempuan Melalui Teknologi
Selain bekerja sama di bidang keselamatan dan keamanan, Gojek dan KPPPA juga berkolaborasi untuk memberdayakan perempuan Indonesia lewat teknologi. Salah satunya melalui program Gojek Wirausaha yang diluncurkan pada 2018 lalu dan telah melatih 15.000 ribu pelaku UMKM di lebih dari 30 kota di Indonesia, termasuk di dalamnya mitra industri rumahan KPPPA. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan membangun bisnis serta pemanfaatan teknologi agar para pelaku UMKM termasuk yang dimiliki perempuan mampu “naik kelas” dengan masuk ke dunia digital.
“Melalui teknologi kami, perempuan bisa menghasilkan pendapatan lebih dan berkesempatan untuk menjadi mandiri secara finansial dengan memanfaatkan berbagai layanan yang ada dalam ekosistem Gojek seperti menjadi mitra GoRide, GoCar, GoLife dan GoFood. Dengan teknologi kami, para perempuan bisa punya akses yang lebih luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi,” tambah Shinto.
Shinto memaparkan, berdasar hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), keberadaan layanan GoLife di ekosistem Gojek meningkatkan partisipasi perempuan di ekonomi digital. Riset tersebut menyatakan lebih dari 70% mitra GoLife merupakan perempuan, dan lebih dari 50% diantaranya adalah penghasil utama di keluarga. Mitra perempuan berdasar hasil riset tersebut juga menggunakan penghasilan dari GoLife untuk mendukung kebutuhan keluarga dengan alokasi untuk biaya pendidikan anak (76%), peningkatan gizi anak (48%), membayar hutang (32%), dan tabungan untuk modal usaha (32%).
Shinto menambahkan, di sisi perusahaan, Gojek juga percaya dengan kemampuan perempuan dalam memimpin. “Sebagai perusahaan teknologi, kami memiliki persentase pegawai perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan teknologi lain di dunia. Berdasarkan data internal Gojek per Oktober 2019, 35% karyawan di posisi pimpinan (tingkat manajer hingga direktur) di Gojek adalah perempuan. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan Facebook dengan komposisi 28 persen, Google 29% dan Apple 25% pada tahun 2018.[1]”
“Melalui kerja sama ini, kami mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang ramah bagi perempuan dan anak. Harapan kami, perempuan dan anak bisa lebih nyaman dan aman dalam berkegiatan di ruang publik dengan memanfaatkan ekosistem Gojek,” tutup Shinto.
PR/Epung/Rino