Sukses mengembangkan platform layanan kesehatan digital karya anak bangsa, Halodoc kembali menegaskan komitmennya untuk meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia melalui kolaborasi riset bersama Bidang Riset dan Publikasi Ilmiah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H dan dr. Irwan Heriyanto MARS selaku Chief of Medical Halodoc. Melalui dukungannya terhadap pengembangan proyek ilmiah, riset, dan inovasi, Halodoc berharap bisa meningkatkan akses layanan kesehatan yang lebih inklusif dan lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Chief of Medical Halodoc dr. Irwan Heriyanto MARS mengatakan, “Dalam mengembangkan layanan, Halodoc selalu memanfaatkan teknologi, data, dan mengidentifikasi pain yang dihadapi masyarakat di bidang akses pelayanan kesehatan serta berkomitmen untuk menjadi solusi melalui pemanfaatan teknologi digital. Berawal dari fitur chat with doctor di aplikasi Halodoc, kini kami berhasil mengembangkan berbagai inovasi yang memudahkan masyarakat menikmati layanan kesehatan tanpa terbatas ruang dan waktu. Kami percaya, kolaborasi bersama IDI ini mampu mendukung terciptanya lebih banyak lagi solusi untuk masyarakat.”
Tiga tahun beroperasi, Halodoc sudah bermitra dengan lebih dari 1.400 rumah sakit, lebih dari 20.000 dokter berlisensi, dan lebih dari 1.300 apotek. Menyediakan akses kepada lebih dari 7 juta pengguna aktif perbulan di lebih 50 kota di Indonesia, Halodoc menjadi platform layanan kesehatan yang paling paham kebutuhan konsumen dan memegang peranan penting dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan medis.
“Dengan jaringan mitra dan pengguna yang luas dari Sabang sampai Merauke, kami optimis bisa memberikan kontribusi yang nyata bagi kemajuan riset di sektor kesehatan, sehingga kualitas kesehatan masyarakat pun bisa semakin meningkat. Secara proaktif, kami juga mengedukasi gerakan kesadaran kesehatan bagi masyarakat melalui informasi dan hasil riset terkini melalui platform di website dan aplikasi Halodoc,” lanjut dr. Irwan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, terdapat lima isu strategis yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan lima tahun kedepan (2020 – 2024), yang diidentifikasi dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2019 bersama Kementerian Kesehatan, diantaranya Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Neonatal (AKN), stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit Tidak Menular (PTM), dan cakupan imunisasi dasar lengkap. Untuk menghadapi tantangan ini, kebijakan pemerintah yang berbasis riset memainkan peran sentral guna menciptakan program-program yang berkesinambungan.
Hadir dalam penandatanganan MoU Halodoc dan PB IDI, Sekretaris Bidang Riset dan Publikasi Ilmiah IDI dr. Ahmad Hidayat menjelaskan, “Riset di bidang kesehatan pada era digital bisa menjadi insight baru dan menciptakan dampak yang lebih besar bagi masyarakat, juga berdampak pada layanan akses kesehatan yang semakin cepat dan merata yang ujung-ujungnya adalah demi peningkatan kepuasan konsumen. Selain itu, hasil riset ini diyakini dapat mengakselerasi pengembangan profesi agar institusi pendidikan dokter di Indonesia dapat mengadopsi hasil riset untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, kami percaya kolaborasi dengan ekosistem layanan kesehatan digital seperti Halodoc dapat mendukung kemajuan dunia kesehatan Indonesia melalui pemanfaatan pengolahan data lokal bagi kebutuhan masyarakat Indonesia.”
“Halodoc sangat terbuka untuk berbagai kesempatan kerja sama, baik pemerintah, asosiasi profesi, maupun pemain industri yang memiliki komitmen sejalan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan melalui teknologi. Ini juga merupakan salah satu upaya Halodoc untuk mencapai sasaran pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan 2025, di mana salah satunya berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengakses layanan kesehatan,” tutup dr. Irwan.