Jakarta – Ekonomi Indonesia masih memiliki daya tahan yang cukup baik di tengah perlambatan global. Itu terlihat dari beberapa faktor yakni segi konsumsi, investasi dan industri perdagangan dalam menopang perekonomian nasional.
“Kalau kita lihat dari segi domestik, konsumsi kita masih kuat. Ada beberapa faktor fundamental yang membuat kita mempunyai ‘resilience’ atau daya tahan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di sela acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019 di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Dalam rangka mendorong investasi di dalam negeri lebih bergairah, pemerintah juga sedang merancang skema undang-undang Omnibus Law. Omnibus Law adalah satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU bahkan puluhan UU.
“Diharapkan bisa memotong regulasi yang selama ini menjadi penghambat untuk melakukan investasi,” kata dia.
Tren pertumbuhan investasi di dalam negeri juga, diharapkan Airlangga dapat semakin lebih baik. “Singapura investasinya sudah turun agak dalam, jadi kita masih punya resistensi, ini yang terus akan kami jaga,” ujar dia.
Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya, kata dia, juga dapat memperbaiki peringkat kemudahan berbisnis atau Ease of Doing Business (EODB) Indonesia yang saat ini berada pada posisi ke-73.
Semnatara, kata dia, pemerintah juga fokus untuk memperbaiki neraca perdagangan sehingga turut membantu menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya menerapkan program biodiesel B30 sampai B100.
“Program B30 sampai B100 roadmap-nya sedang kami siapkan. Program B100, kita bisa hemat sampai 18 miliar dolar AS, kalau B30 itu sekitar 6 miliar dolar AS. Dengan demikian, tekanan neraca perdagangan dari situ saja sudah bisa diselesaikan,” kata dia.