Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root refinery (GRR) Pertamina sangat strategis, karena kedua program tersebut berperan penting dalam menopang kemandirian energi dalam negeri.
“Dan untuk itu, dukungan penuh Pemerintah terus dibutuhkan,” kata Mamit di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dukungan penuh pemangku kepentingan, terutama Pemerintah, selama ini banyak memberikan hasil yang baik salah satunya Pertamina mampu mewujudkan beberapa capaian positif RDMP dan GRR.
Mamit menyebutkan capaian kilang Balikpapan sudah pada proses konstruksi dan diharapkan, selesai pada 2023 dengan peningkatan 100 rib barel per hari.
Dengan peningkatan tersebut, ke depan, total produksi akan mencapai 360 ribu barel, karena saat ini kapasitas terpasang di Balikpapan mencapai 250 ribu barel.
“Sedangkan di Tuban Pertamina sudah bekerja sama dengan Rosneft, yaitu dengan adanya penandatanganan basic engineering design (BED). Ini merupakan langkah sangat maju,” katanya melalui keterangan tertulis.
Melihat kondisi tersebut, Mamit optimsitis, proyek RDMP dan GRR bisa mendukung kemandirian energi, produksi dalam negeri meningkat dan impor berkurang.
“Peningkatan ini penting, karena pada 2025, jika kita tidak segera mengubah pola konsumsi, maka akan mengalami krisis energi, karena konsumsi lebih besar dibandingkan lifting migas kita,” katanya.
Melalui RDMP dan GRR itulah lanjutnya, ke depan persoalan krisis energi bisa diatasi dan energi dalam negeri bisa terjaga, selain itu, produksi dalam negeri juga meningkat sekaligus mengurangi impor.
Selain itu melalui program tersebut Pertamina juga bisa meningkatkan kualitas produknya untuk mendukung energi bersih
“Terakhir saya ke Cilacap, bagus sekali. Kita bisa menambah produksi Pertamax dengan hasil standar Euro-IV dan juga bisa memproduksi elpiji. Selain itu, Plaju juga ditargetkan untuk memproduksi biofuel,” ujarnya.
Terkait peningkatan produksi, Mamit optimistis bahwa target Pertamina yang akan meningkatkan produksi dua kali lipat akan terpenuhi.
“Dengan lokasi program di Dumai, Plaju, Cilacap, Balongan, Balikpapan, Tuban, dan Bontang, saya yakin ketika sudah onstream secara maksimal, 2 juta barel itu bisa tercapai,” katanya.