Kementerian Perindustrian memacu subtitusi produk refraktori, yang merupakan industri bahan galian nonlogam, di mana hasil produknya digunakan sebagai pelapis antara lain untuk tungku, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam.
“Industri refraktori merupakan industri padat modal yang membutuhkan bahan baku dari sumberdaya alam dengan impor masih tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Muhammad Khayam di Jakarta, Jumat.
Untuk itu, Khayam mendukung terbentuknya Asosiasi Industri Refraktori dan Isolasi Indonesia (Asrindo), dan berharap Asrindo menjadi mitra terdepan pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan khususnya mengurangi nilai impor yang terbilang sangat tinggi ini.
“Selain itu dengan hadirnya asosiasi memperkuat kerja sama antaranggota industri refraktori dalam negeri khususnya dalam memperkuat rantai pasok industri refraktori Indonesia. ” ungkap Khayam.
Saat ini, kebutuhan nasional terhadap produk refraktori mencapai 150.000-200.000 ton per tahun. Sementara itu, industri dalam negeri memasok kebutuhan tersebut sebesar 50.000 ton per tahun.