Pengacara dan sekaligus salah seorang pemegang saham PT Sriwijaya Air membenarkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah untuk mengakhiri kerjasama manajemen dengan Garuda Indonesia Grup.
Yusril dalam keterangannya di Jakarta, Jumat menjelaskan langkah tersebut diambil karena adanya instruksi mendadak dari GA Grup kepada semua anak perusahaannya (GMF, Gapura Angkasa dan Aerowisata) untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya dengan cara pembayaran cash di muka Kamis (7/11).
“Kalau tidak bayar di muka diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan ‘service dan ‘maintenance’ (perawatan) apapun kepada Sriwijaya,” katanya.
Dia menuturkan Sriwijaya menolak perubahan sistem pembayaran yang tidak fair ini dan menganggap GA sengaja ingin melumpuhkan Sriwijaya.
“Akibat instruksi mendadak itu, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya hari Kamis, 7 November kemarin karena terhentinya pelayanan oleh anak-anak perusahaan Garuda Grup,” katanya.
Yusril mengatakan sejak kemarin Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerja sama dengan pihak lain di luar Garuda Grup.
Sriwijaya kembali mengaktifkan sendiri layanan servis pesawat, perawatan pesawat, “line maintenance”, “ground handling” (penanganan di darat) dan katering sendiri tanpa kerja sama dengan GA Grup lagi.