Sektor properti di tanah air dalam beberapa tahun belakangan dinilai mengalami perlambatan sehingga pelaku industri di bidang tersebut dituntut melakukan inovasi terutama dalam pemasaran.
CEO SQM Property Denny Asalim di Jakarta, Jumat mengatakan, bisnis properti melemah dari tahun ke tahun, ketika penjualan properti semakin sulit, untuk memastikan penjualan properti tetap bisa dijalankan maka pengeluaran dari segi promosi juga akan bertambah.
“Penambahan biaya promosi tersebut tentunya selain mengurangi margin keuntungan pengembang, juga berakibat ke harga jual yang dibebankan ke konsumen akan lebih tinggi untuk mengimbangi biaya yang terus bertambah,” katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, seiring dengan perlambatan industri properti, para pelaku properti terus berkurang, terutama broker properti dikarenakan sengitnya persaingan, penjualan yang semakin susah dan susahnya mendapat tenaga pemasaran baru yang kompeten.
Terkait hal itu, menurut dia, sebagai perusahaan start-up di bidang PropTech (Property Technology) melakukan inovasi pemasaran properti melalui aplikasi digital untuk mengatasi hambatan sebagai dampak melambatnya industri porperti nasional.
“Tujuan kami membangun aplikasi SQM Property karena kita bisa mengubah cara pemasaran properti. Karena kalau dilihat dari segi teknologi, platform ini berbentuk crowdsourcing yang mempertemukan penjual dan pembeli melalui sistem referensi,” kata Denny.