Jakarta – Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Dody S Dalimunthe menyebutkan, jumlah premi pada triwulan III-2019 mencapai Rp57,9 triliun atau tumbuh 20,9 persen.
Pertumbuhan itu, kata dia, lebih baik ketimbang periode yang sama di 2018 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat jadi 5,02 persen.
Pertumbuhan premi tersebut, kata dia, didorong lini bisnis asuransi kredit mencapai 104 persen dari Rp4,6 triliun pada triwulan III-2018 menjadi Rp9,4 triliun pada triwulan III-2019.
“Jadi biar pun pertumbuhan ekonomi melambat, karena sudah mulai banyak (perusahaan) yang menggarap itu (asuransi kredit) otomatis premi juga naik,” katanya kepada wartawan, Senin (18/11/2019).
AAUI, kata dia, telah mencatat saat ini ada sekitar 10 perusahaan asuransi yang menggarap segmentasi bisnis asuransi kredit dari 83 perusahaan asuransi dan reasuransi di bawah asosiasi.
Menurut dia, selain karena banyak perusahaan mulai membidik asuransi kredit, penyaluran kredit dari lembaga jasa keuangan yang meningkat juga berkontribusi meningkatnya realisasi premi.
Dody, mengutip data survei Bank Indonesia, jumlah penyaluran kredit meningkat delapan persen sebesar Rp5.548 triliun per September 2019. Ada pun penyaluran kredit itu untuk segmentasi korporasi mencapai Rp2.783 triliun atau naik 8,1 persen, kredit modal kerja sebesar Rp2.552 triliun atau naik 6,1 persen.
Kemudian, kredit konsumsi meningkat 6,9 persen terdiri dari kredit pemilikan rumah sebesar Rp499,3 triliun atau naik 10,8 persen dan kredit kendaraan bermotor naik satu persen dan kredit investasi sebesar Rp1.415 triliun atau naik 13 persen.
Dody menambahkan jumlah premi yang meningkat diikuti juga dengan jumlah klaim asuransi umum yang melonjak hingga triwulan III-2019 yang mencapai Rp25,8 triliun atau naik 28,8 persen dibandingkan periode sama pada 2018.
Dari segi nominal dan persentase, klaim terbesar justru salah satunya dari lini usaha kredit sebesar Rp5,4 triliun atau naik 95 persen dari Rp2,7 triliun. Mencermati jumlah klaim yang tinggi itu, dia mendorong perusahaan asuransi untuk selalu melakukan penilaian yang cermat kepada calon debitur.
“Cuma yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai meninggalkan penilaian risiko karena data menunjukkan pertumbuhan asuransi kredit, tapi tumbuh juga klaimnya jadi ini juga tidak efisien,” kata dia.