Kelesuan dalam pertumbuhan penjualan sektor properti di Tanah Air dinilai berdampak terhadap industri keramik yang menyediakan berbagai sanitary atau sarana kebersihan yang kerap ada di perumahan atau perkantoran.
“Pasar dalam negeri yang belum ada perkembangan positif hingga saat ini, juga menjadi tantangan tersendiri untuk pertumbuhan bisnis perusahaan,” kata Presiden Direktur PT Surya Toto Indonesia (produsen keramik sanitary) Hanafi Admadiredja dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Ia mengemukakan, persaingan pasar industri keramik sanitary di dalam negeri dinilai semakin kompetitif dengan adanya pemain-pemain baru di industri ini, baik yang berinvestasi di Indonesia maupun yang melakukan impor. Padahal, industri keramik sanitary di Indonesia sedang lesu dikarenakan rendahnya serapan lokal.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki), penurunan permintaan keramik sanitary dirasakan sejak akhir 2017. Sebelumnya, produksi diserap pasar domestik sebesar 70 persen dan untuk ekspor sebesar 30 persen, tetapi sekarang porsi serapan lokal hanya sebesar 55 persen dan sisanya ekspor.
Perlambatan sektor properti di Indonesia disebut sebagai “dalang” menurunnya serapan keramik sanitary. Selain itu, banyak pengembang properti dan juga konsumen, masih menganggap sanitary impor kualitasnya lebih baik dibandingkan produksi dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke atas.