Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyebut pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) terganggu akibat dampak mewabahnya virus corona jenis baru (COVID-19) di China.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot dalam paparan di Jakarta, Kamis, menjelaskan dirinya baru beberapa waktu lalu berkunjung ke fasilitas smelter milik perusahaan asal China Virtue Dragon Nickel Industry di Sulawesi Tenggara. Perusahaan itu saat ini masih dalam tahap pembangunan.
“Untuk pekerjaan smelter, kebetulan saya kemarin datang ke Virtue Dragon. Memang yang masih dalam tahap pembangunan masih terganggu karena tenaga kerja asal China yang pulang tidak bisa kembali,” katanya.
Bambang menuturkan sekitar 300 hingga 400 pekerja China belum bisa kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Jadi yang masih berjalan dan sudah berjalan (sudah produksi) sepertinya tidak mengalami gangguan tapi yang masih konstruksi mengalami gangguan,” jelasnya.
Kendati demikian, Bambang menyebut dampak corona cepat atau lambat akan dapat terasa bagi industri tambang. Namun, hingga saat ini belum ada perusahaan yang menyampaikan keluhan atau gangguan akibat corona.
Selain itu, jika dilihat dari perkembangan harga komoditas tambang, ia juga mengatakan harga masih cenderung stabil.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dampaknya akan terasa dalam waktu panjang (long term).