DEPOK- juru bicara kegiatan swadaya #depoklawancorona, Sahat Farida menyerukan pemerintah kota untuk buka data ODP, PDP corona dan membangun sistem informasi komunikasi per wilayah, kecamatan atau kelurahan. Hal ini berdasarkan rekomendasi studi sosial yang dilakukan LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. “Kita ga mengada-ngada, ini rekomendasi ilmiah, dan sudah dibuat juga oleh Pemkot Surabaya.”
“Penelitian itu menyebutkan mayoritas masyarakat menginginkan agar pemerintah membuka data, seperti rute perjalanan pasien, ataupun domisili di tingkat kecamatan. Hal ini berguna bagi ujung tombak di tingkat RT/RW untuk tetap siaga dan memonitor kondisi wilayahnya,” kata Sahat. #depoklawancorona menilai hal ini penting dilakukan, peta dibuat agar masyarakat waspada, meredakan kecemasan warga dan memberikan keterbukaan informasi bagi masyarakat. Hal ini tentunya juga harus dibareng edukasi kepada warga agar tidak melahirkan stigma. “Kerja cepat, kerja tepat, insya Allah bisa dilakukan.” Mengapa hal ini menjadi perlu juga dilatarbelakangi minimnya informasi dan komunikasi dari pemerintah kota.
Skema layanan kesehatan juga harus diinformasikan. Bagaimana dengan pasien dengan penyakit bawaan yang memerlukan kontrol atau rujukan dari puskesmas sebagai FKTP. Bagaimana dengan warga yang berinisiasi hendak memeriksakan diri terkait corona, di luar kondisi alat yang sangat terbatas. “Satgas o 19 Depok harus bisa merespon hal ini, kolaborasinya tentu saja dengan dinas kesehatan, dinas informasi dan warga yang bersedia untuk berkolaborasi. Dan hal ini harus tersampaikan jelas ke warga
Terkait rapid tes yang dilaksanakan, Sahat menilai 2400 subjek tes itu masih sangat kurang. “Sampai tahun 2018 saja kita masih menggunakan angka 2,2 juta penduduk Depok. Prosentase jumlah rapid tes jelas saja masih kurang.” Maka dari itu sangat diperlukan keterbukaan data, supaya dedikasi alat ini tepat sasaran, tentunya masyarakat rentan dan juga petugas kesehatan yang bertugas di lapangan. “Output dari tes adalah peta sebaran atau zonasi wilayah depok.”
Selain itu, #depoklawancorona mengharapkan pelaksanaan rapid test dibarengi dengan penguatan kesiapan tenaga medis sekaligus penyediaan kelengkapan proteksi diri seperti APD, masker, dan disinfektan. “Tenaga medis dan orang yang bekerja di faskes adalah ujung tombak selama pandemi, terlebih rapid test ada di Puskesmas yang notabene paling dekat dengan warga.”
Transparansi informasi dan ketepatan komunikasi dalam situasi adalah hal yang penting, termasuk transparansi penggunaan anggaran. “Di sini kita sama-sama cari solusi, anggaran yang didistribusikan itu juga perlu warga ketahui. Agar juga bisa muncul inisiasi lainnya tentang solusi yang dicari.”
Kegiatan swadaya warga #depoklawancorona hingga saat ini masih membuat dan mendistribusikan wasfatel portable dan hand sanitizer. Wastafel ditempatkan di tempat-tempat yang masih ramai orang, pinggir jalan, areal parkir yang tidak ada tempat cuci tangan. “Bekerja sama dengan orang di wilayah tersebut untuk mengisi ulang airnya. Hand sanitizer didistribusikan untuk mereka yang tidak bisa #dirumahaja karena bekerja. Tekanannya adalah kampanye hidup bersih untuk bisa meminimalisir terkenanya sebaran virus covid 19. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih diutamakan, sebaiknya #dirumahaja jika memungkinkan. Mengingat Depok merupakan salah satu wilayah zona merah corona.”