Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang menyerap banyak lapangan kerja di indonesia. Stakeholder ini juga yang sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Sementara sulit untuk memprediksi kapan pandemi tersebut akan berakhir. Akan tetapi, industri pariwisata harus terus berlanjut dan harus mempersiapkan diri untuk masuk era normal baru.
Salah satu yang harus disiapkan adalah sejumlah protokol baru yang harus diterapkan untuk menyambut kondisi normal baru di industri pariwisata.
Digitalisasi adalah salah satu yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk dilakukan oleh stakeholder yang berberak di sektor pariwisata. Jika sebelum adanya pandemi ini, digitalisasi hanya masih jadi pilihan alternatif saja. Tapi sekarang ini, digitalisasi adalah suatu kewajiban bagi yang bertahan dan melanjutkan hidupnya.
”Bisnis pariwisata dan pekerjanya harus terus melakukan observasi dan mempelajari peluang untuk berkembang. Industri harus mulai fokus menerapkan standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan dalam operasional bisnis,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.
Pihaknya sedang memformulasikan sejumlah protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan untuk industri pariwisata. Sebelum menerapkan protokol itu, sejumlah tahapan penting akan dilakukan. Di antaranya persiapan, simulasi, sosialisasi, dan uji coba. Jika seluruh tahapan berhasil dilaksanakan, industri pariwisata akan kembali dibuka.
Lalu bagaimana para ahli pemasaran melihat kondisi ini? Redaksi infobisnis berkesempatan melakukan wawancara melalui komunikasi daring dengan Iwan Setiawan Chief Executive Officer MarkPlus, Inc.
Iwan berharap semua stakeholder sektor pariwisata harus siap melakukan banyak perubahan kebiasaan bisnisnya. Digital marketing dan quality tourism adalah 2 kunci yang bisa disiapkan dan wajib dilaksanakan di era norma baru pasca covid-19. Berikut hasil petikan wawancaranya :
Dibalik kondisi negatif ini, sector bisnis apa aja yang merasakan keuntungan dalam pandemi ini?
Mereka bergerak di sektor yang dapat mengirimkan barang ke rumah. Misalnya, online groceries karena banyak yang berbelanja kebutuhan sehari-hari secara online. Otomatis, last-mile delivery atau jasa kurir juga naik karena volume pengiriman yang juga meningkat. Layanan pesan antar makanan juga meningkat karena orang tidak bisa ke makan di luar.
Lalu,layanan yang digunakan di rumah, seperti telekomunikasi, internet, media hiburan, video conference, online learning, atau online healthcare, akan juga meningkat.
Kami melihat tidak semua Digital marketing yang dimiliki industri bisa dimanfaatkan oleh para pelaku industri?
Setiap pelaku industri belum tentu siap memanfaatkan digital marketing karena mungkin selama ini menunda penggunaannya. Jadi COVID-19 ini memaksa mereka untuk cepat bertransformasi.
Apa yang harus disiapkan oleh praktisi marketing pasca covid 19?
COVID-19 ini akan membuat proses digitalisasi semakin cepat. Orang sudah mulai terbiasa menggunakan digital tools dalam keseharian. Jadi digital marketing harus mulai disiapkan untuk menghadapi pasca COVID-19.
Sebelum pandemi, sebenarnya bagaimana trend pariwisata 2020 ? Dan isu apa yang mereka jadikan tema marketingnya ?
Sebetulnya sudah ada kekhawatiran di tahun 2020, pariwisata itu kebablasan atau disebut juga overtourism. Jadi wisatawan yang dikejar secara kuantitas saja, bukan secara kualitas. Jadi dampak ekonomi tidak besar tetapi membebani kapasitas destinasi untuk melayani wisatawan yang terlalu banyak itu.
Jadi dari awal tahun sudah dicanangkan quality tourism yang dampak ekonominya lebih besar. Tidak banyak wisatawan tetapi yang pengeluarannya besar semua. Kebetulan COVID-19 ini malah mempercepat berkembangnya quality tourism ini dengan berkurangnya volume wisatawan.
Dalam kondisi pandemi ini, pelajaran berharga apa yang bisa diambil oleh kita khususnya yang bergerak di dunia marketing ?
Selama ini digitalisasi berjalan lambat karena banyak pilihan untuk tidak menggunakan media online. Dengan adanya COVID-19, tidak ada lagi pilihan selain digital marketing.
Di belahan negara lainnya, bagaimana para pelaku industri pariwisata bisa bertahan?
Semua pemain dalam kondisi bertahan atau menggunakan taktik survival. Misalnya di sektor perhotelan, ada yang menawarkan food and beverage delivery dari restoran hotel. Pemain hotel dan travel agent mulai menawarkan pre paid voucher atau paket bayar sekarang, menginap nanti. Tapi yang tidak boleh dilupakan adalah tetap menjaga komunikasi dengan pelanggan setia mereka dengan rutin mengirimkan email atau menyampaikan pesan melalui media sosial.
Kira-kira kapan sector pariwisata ini bisa bangkit?
Secara jangka menengah, begitu tren kasus baru COVID-19 mulai turun dan pemerintah mulai melakukan relaksasi PSBB, industri pariwisata akan perlahan bangkit. Tidak akan langsung ke level semula. Dimulai dulu dari restoran dan kafe yang akan pertama buka dilanjutkan dengan tempat hiburan seperti bioskop, baru diikuti hotel. Pariwisata domestik akan bangkit duluan diikuti pariwisata mancanegara. Wisatawan muda dulu yang akan memulai tren kebangkitan pariwisata. Tentunya prosedur social distancing akan terus dijalankan. Artinya tidak boleh terlalu ramai dan berdekatan. Secara jangka panjang, jaminan adanya vaksin sangat penting. Pembatasan social distancing baru bisa dihentikan jika vaksin sudah tersedia di Indonesia.
Di sector pariwisata khususnya, yang mengandalkan produk fisik (rekreasi dan alam) apa yang harus disiapkan untuk menyambut era normal baru pasca covid 19?
Pasca COVID-19, tren pariwisata akan berubah. Segmen wisatawan yang daya belinya terbatas—mungkin karena keuangannya terganggu selama pandemi akan cenderung memilih perjalanan jarak pendek, sehingga tren domestic traveling dan staycation akan meningkat. Micro cation atau wisata yang pendek, kurang dari lima hari, akan juga meningkat di kalangan anak muda.
Sedangkan yang daya belinya tinggi, akan memilih perjalanan yang berkualitas and mewah. Jadi trennya akan ke quality tourism dan luxury tourism ke destinasi yang eksklusif dan tidak terlalu banyak orang. Tentunya persiapan yang utama adalah menyiapkan produk dan layanan yang sesuai dengan tren pariwisata baru ini.
Untuk digital marketingnya sendiri, tool apa yang efektif?
Banyak digital tools yang bisa digunakan untuk melakukan pemasaran. Misalnya, banyak hotel sekarang sudah mempunyai virtual reality yang menunjukkan tampilan kamar dan fasilitas hotel secara 360 derajat di website. Jadi sebelum reservasi, sudah bisa membayangkan seperti apa experience yang akan dialami. Ada juga tren social listening atau memantau percakapan wistawan di media sosial. Andaikata ada yang komplain, bisa langsung ditanggapi dalam hitungan menit. Ada juga smart personal assistant berbasis chatbot yang bisa memberikan rekomendasi destinasi wisata sesuai profil wisatawan. Teknologi artificial intelligence digunakan di sini