Begitu banyak jenis hiburan di ruang digital, salah satunya game. Berbagai game menjangkiti generasi muda khususnya anak-anak di Indonesia. Dibutuhkan literasi digital kepada anak-anak ataupun melalui orang tua untuk ini. Sebab nyatanya banyak dampak buruk jika anak dibiarkan begitu saja bermain video game secara online maupun offline tanpa pengawasan.
Untuk itulah NXG Next Generation Indonesia hadir. Sebuah organisasi nonprofit yang serius terhadap isu literasi digital fokus untuk perlindungan anak dan pemantauan konten video game.
Pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/6/2021), hadir CEO NXG, Khemal Andrias bersama Dwi Wahyudi, pengurus wilayah RTIK Indonesia, Enda Nasution, koordinator gerakan #bijakbersosmed dan Indriyanto Banyumurti, program manager ITC Watch.
Dalam paparannya, Khemal menjelaskan mengapa isu video game itu penting. Dulu video game merupakan sebuah barang mewah yang dimiliki seorang anak karena harus ada konsol atau alat bermain. Tetapi di zaman sekarang video game hadir di serial genggaman orang. Cukup punya ponsel makan ada begitu banyak video game yang siap diunduh dan dimainkan.
“Masalah utama dari video game ialah durasi bermain, kecanduan dan konten kekerasan juga pornografi. Hal tersebut menjadi perhatian yang cukup penting sebab melihat persoalan-persoalan tersebut belum terselesaikan hingga kini bahkan bertambah parah,” jelas Khemal.
Mengenai durasi bermain, beberapa tahun yang lalu di Amerika Serikat (AS) dilakukan riset tentang video game anak-anak. Usia SMA di sana bermain video game selama 37 jam per minggu atau rata-rata 5.3jam per hari. Artinya, penggunaan video game mereka untuk usia anak hampir setengah hari.
Tahun 2014 dan 2016 NXG juga melakukan penelitian di Bandung. Hasilnya penggunaan video game rata-rata 28 jam perminggu atau 4 jam perhari. Aktivitas itu semua hanya untuk bermain video game saja belum termasuk mengakses media sosial dan lain-lain.
Durasi bermain menjadi berpengaruh karena video game dapat menyebabkan kecanduan. Permasalahan selanjutnya di video game adalah konten kekerasan. “Banyak game favorit itu berisi kekerasan dalam peperangan. Menurut saya yang lebih parah ialah sebuah game yang membunuh orang bukan di area peperangan. Di jalanan dengan target siapa saja,” ujarnya.
Kekhawatiran, jika anak-anak yang bermain game tersebut beranggapan sangat wajar menembak siapa saja di jalanan.
“Belum lagi ada istilah head shoot atau menembak kepala yang tergambar jika menembak langsung ke kepala, target aman langsung mati. Dapat dibayangkan anak seusia sekolah sudah tahu cara membunuh paling efektif, yakni di bagian kepala, miris sekali,” tambah Khemal.
Bukan hanya kekerasan, namun di beberapa game juga ada konten pornografi yang ditampilkan. Adegan tidak layak ditiru ini kerap muncul pada alur cerita game tersebut atau sebuah aktivitas yang harus dilakukan jika ingin mendapatkan sesuatu. Menurut, NXG ada banyak konten berbahaya lagi dalam video game seperti alkohol, rokok, simulasi perjudian, fantasi seksual, sadisme, tindak kriminal dan dialog kasar.
Khemal pun memberikan tips kepada orang tua agar anak terhindar dari dampak buruk video game. Pertama, ubah mindset tentang video game karena memang tidak semua video game itu untuk anak-anak. Video game ibarat permainan yang dapat dimainkan oleh siapapun dengan video game itu memiliki konten dewasa. Jadi sebenarnya ada video game untuk anak-anak dan ada videonya untuk dewasa, ada klasifikasi layaknya film.
Kedua pelajari sistem rating video game di berbagai negara seperti AS, Australia, Eropa dan Singapura. Ada lembaga rating video yang mengklasifikasikan video game berdasarkan usianya. Di indonesia juga ada yaitu Indonesia Game Rating System, mereka memberikan rekomendasi mana video game yang cocok untuk anak-anak. NXG juga sudah bergerak untuk memberikan rekomendasi bagi orang tua mengenai game apa saja yang sesuai dengan usia anak.
“Jangan lupa para orangtua, memanfaatkan fitur parental control. Ada dua hal yang bisa dibatasi yaitu durasi bermain dan konten. Ini sangat powerful sekali, meskipun ini hanya alat untuk membatasi saja tetap kendali ada di orang tua,” jelasnya.
Tips terakhir ialah, hendaknya orangtua meluangkan waktu untuk bermain bersama keluarga. Orangtua harus mampu mengelola aktivitas bermain video game yang sehat di rumah. Sebenarnya banyak benefit saat bermain sebagai alternatif rekreasi, ajang komunikasi, sarana mengajarkan sportivitas juga melatih kreativitas dan disiplin diri.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital berlangsung hampir di semua kabupaten di beberapa pulau di Indonesia. Hasil kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Siberkreasi. Ada empat pilar yang menjadi titik berat yaitu kemampuan digital, etika berdigital, budaya digital dan keamanan digital.