Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif etika sosial emosional dan aspek teknis teknologi.
Muhammad Arifin, Kepala Bidang Komunikasi Publik TIK Indonesia mengatakan, pintar mengakses semua perangkat terkoneksi internet itu sudah dianggap sebagai literasi digital. Namun ada etika sosial, emosional yang harus juga diperhatikan. Sehingga perilaku beretika dalam menggunakan internet pun menjadi sebuah kewajiban.
“Sebenarnya literasi digital di Indonesia itu terbilang telat karena terjadi banyak kesalahpahaman perilaku yang dilakukan oleh warga digital Indonesia juga ada dampak dari penegakan hukum di Indonesia. Baru edukasi literasi digital ini dilakukan serempak dilakukan juga pendampingan berkelanjutan oleh komunitas, ” jelasnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (14/7/2021).
Pemerintah, penggiat literasi dan pihak terkait lainnya mulai bergerak setelah banyak kejadian merugikan di ruang digital. Misalnya tukang baso tutup akibat hoaks daging babi. Belum lagi kisah miris bu-ibu dipenjara bersama bayinya karena dia melakukan ujaran kebencian dan penyebaran hoaks.
Salah satu fenomena transformasi digital yang menjadi risiko kita sebagai bangsa adalah kulturasi nilai-nilai budaya dan akulturasi secara jangka pendek dampaknya tidak langsung tetapi akan terasa 5-10 tahun mendatang. Namun banyak juga bentuk perlawanan content creator Indonesia yang coba membuat karya digital membawa kearifan lokal di Indonesia. Misalnya animasi karya anak Indonesia yang mendunia atau YouTuber dari Jawa Tengah dia konsisten membuat konten dengan menggunakan bahasa daerah dan ikon-ikon wisata di daerahnya
Ada juga pembuat game balap karung di Indonesia dan sineas yang membuat animasi Indonesia dengan film ‘Battle of Surabaya’. Film ini sudah banyak memenangkan penghargaan di festival film mancanegara.
Salah satu fenomena budaya yang di dunia yang patut disoroti adalah KPop. Indonesia termasuk 20 negara dengan volume Twitter banyak tentang KPop. Indonesia berada pada posisi 3 besar langsung di bawah negara asalnya sendiri Korea Selatan.
“Itu berarti Indonesia banyak yang berkomentar, membalas membicarakan berdiskusi mengenai K-pop di Twitter ternyata bukan sampai hanya di Twitter saja tetapi ini juga bisa menggerakkan masyarakat tanpa kita sadari seperti demam BTS meal yang terjadi di Indonesia sampai Polda Metro Jaya menyarankan McD menghapus menu spesial ini,” ungkapnya.
Ada kepentingan budaya yang sebenarnya mengintai kita bahkan bisa menggerakkan masyarakat. Era informasi membuat banyak perubahan di masyarakat yang berdampak pada kebiasaan yang dapat mengerus budaya bangsa
Kita merupakan konten kreator di media sosial kita masing-masing seharusnya kita lmemanfaatkan modal yang sangat besar yang ada Indonesia yaiti kebudayaan. Kalau digali budaya Indonesia tidak akan pernah ada habisnya. Indonesia memiliki 1.331 suku etnis dengan 741 bahasa daerah yang sangat bisa kita eksplore, kreator Indonesia tidak akan kekurangan konten.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (14/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Muh. Nurfajar Muharrom dan Ni Made Ras Amanda (Universitas Udayana), (Relawan TIK), Wikranta Arsa (Kordinator Kemahasiswaan ITB STIKOM Bali) dan Bella Winarta Putri sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.