Nilai luhur bangsa Indonesia seperti yang kita tahu memiliki sifat gotong royong, saling membantu, dan saling mengasihi. Di dunia digital pun sudah bisa kita temui hal serupa. Seperti contohnya program dari Kemendikbud kemudian sedekah online atau crowd funding dikumpulkan seseorang untuk membantu mereka yang sedang kesusahan.
Tidak heran ada kitabisa.com yang selalu ramai yang ingin membantu. Pada 2019 dana yang terhimpun lewat kitabisa.com sekitar Rp 300 miliar lebih. Pada 2020 ketika awal terjadinya pandemi lebih dari Rp 700 miliar. Menariknya, waktu berdonasi paling tinggi terjadi pada jam 04.30 – 06.30 pagi, yang dikenal dengan sedekah subuh. Dan itu terjadi setiap hari, tanpa melihat tanggal muda atau tanggal tua. Donasi paling banyak Rp 10.000 perdonasi. Hebatnya lagi, donatur mayoritas tidak mencantumkan nama yang sebenarnya atau memilih anonim dan menolak untuk dipublikasikan
Esa Firmansyah, Direktur Pusat Informasi STMIK Sumedang mengatakan, kebaikan di dalam digital ini merupakan cerminan dari kebaikan di dunia luar jaringan. Jadi jangan sampai ketika di dunia digital, masyarakat Indonesia kehilangan jati diri sebagai warga yang senang hidup bersama gotong royong.
Sikap ini sesuai dengan pengamalan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun ruang digital yang aman dan etis untuk kekeluargaan, kerjasama, kerja keras di ruang digital.
“Budaya Pancasila memang ada dalam masyarakat Indonesia yang harus dibawa warga digital. Mengikuti kebiasaan saat berada di luar jaringan. Sebab nyata dan maya sama saja,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021).
Menebar cinta kasih tidak ada perbedaan, sesuai dengan sila pertama. Indonesia sebagai negara bermacam suku bangsa dan agama harus juga dirasakan di dalam dunia digital. Tidak masalah dengan perbedaan agama bahkan pendapat saat sedang di dalam jaringan. Sama dengan sila kedua yakni memperlakukan orang lain sama tidak memandang apapun dari mereka.
Selanjutnya, nilai harmoni yang berada di sila ke-3 Persatuan Indonesia. Cinta produk lokal dan mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital.
“Hidup berdemokratis memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi dan berpendapat di ruang digital. Bebas ini juga harus dengan penuh batasan, harus tahu hukum yang mengatur kebebasan itu untuk berinteraksi,” ujarnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat, Jumat (30/7/2021) juga menghadirkan pembicara Enda Nasution (Koordinator Gerakan #bijakBersosmed) Arya Dhani Pradhana (Tekape Workspace), Muhammad Miftahul Nadzir (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan drg.Anwina Pradini sebagai Key Opinion Leader.