Kita masuk era digitalisasi yakni zaman dengan bentuk modernisasi atau pembaharuan dari penggunaan teknologi di mana sering dikaitkan dengan kemunculan internet dan komputer. Masuknya budaya asing dan budaya lain sehingga pengaruh luar akan mudah masuk ke dalam budaya kita.
Namun tentu kita harus menyaring itu semua agar kita dapat mengambil hal-hal yang baik saja dalam budaya orang dan tetap bangga dengan budaya kita sendiri. Kemajuan dan martabat suatu bangsa tergantung dari pelestarian nilai budaya bangsa tersebut.
“Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media digital bukan untuk memecah belah kesatuan warna di dunia maya,” ungkap Rina Kurniati, Wakil Rektor UII Institut Teknologi Garut saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/10/2021).
Kuncinya hanya satu bagaimana kita dapat mengimplementasikan pedoman negara kita yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam budaya media digital internalisasi, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai warga negara digital membahas perkara bagaimana menginternalisasikan keduanya sebagai dasar negara yang mempersatukan warga digital Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang melandasi sikap dan perbuatan setiap warga negara baik di dunia digital maupun di dunia maya.
Digitalisasi kebudayaan dan teknologi informasi komunikasi mengeksplorasi digitalisasi kebudayaan dan TIK dalam prakteknya menjadikan budaya Indonesia sebagai konten. Konten tersebut yang dapat dipromosikan, disosialisasikan juga dikoleksi dan dipercaya secara produktif melalui digitalisasi teknologi informasi serta komunikasi.
“Jadi ketika kita di ruang digital, sebaiknya tidak hanya budaya orang lain saja yang sering kita diskusikan, bicarakan dan kita posting. Tetapi coba kebudayaan diri kita sendiri. Tidak ada ruginya bahkan kita jauh bisa lebih membanggakan apa yang kita miliki ketimbang kita membanggakan milik orang lain,” tuturnya.
Begitu juga dengan cinta produk dalam negeri yang menjadi penguatan karakter budaya digital Indonesia diwujudkan dalam hal tersebut sebab digitalisasi memungkinkan proses produksi maupun konsumsi produk dalam negeri sehingga dapat memperkuat ekonomi dan ketahanan bangsa.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Theo Derrick (Founder Coffee Meets Stock), Leni Fitriani (Relawan TIK Jawa Barat), Tim Hendrawan (Creative Director), dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader.